Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu masih ketergantungan pada orang lain untuk mencukupi kebutuhannya, maka hakikatnya individu bangsa itu adalah individu yang masih lemah, gugur, dan hina. Begitu juga tatkala bangsa itu abai akan urusan dirinya, ketergantungan dengan bangsa lain, tidak berlayar di atas perahu kesemangatan, maka hakikatnya bangsa itu belum merdeka, masih terbelenggu dengan belenggu perbudakan.
Jika hendak kita -sebagai bangsa- menjadi bangsa yang baik, bangsa yang berkemajuan, hendaknya kita berlayar untuk kemajuan bangsa dari jalan bangsa itu sendiri, bukan berlayar dari jalan negara atau pemerintah. Kita berlayar dengan mengorbankan kesungguhan luar biasa di jalan bangsa, sebagaimana telah dipraktekkan oleh bangsa-bangsa yang maju hari ini, di mana mereka membangun pendidikan-pendidikan, pabrik-pabrik usaha, perindustrian dll tanpa berjabat tangan meminta bantuan dari negara/pemerintah. Maka, tatkala masih mengemis bantuan negara/pemerintah, sejatinya kita -anak bangsa- masih menjadi anak bangsa yang terbelakang, alias belum merdeka dan maju berkembang.
Anak bangsa manapun, tatkala di dalam mencapai suksesi tujuannya masih mengandalkan pada negara/pemerintah, masih menggantungkan diri pada tangan pemerintah, sejati ia bagaikan keluarga negara, yang akan terbelenggu dengan pemerintah. Maka, tatkala anak bangsa terbatas dan tergantung dengan yang lain, ia bangsa yang belum merdeka. Jika tergolong anak bangsa yang belum merdeka, lalu dari arah mana ia akan maju berkembang?, dari arah mana ia akan bangkit?.
Justru yang terjadi setiap negara /pemerintah bagian daripada bangsa, yang memiliki kebijakan khusus. Negara selamanya dan seterusnya pasti akan mengulurkan pertolongan dan kekuatan dari bangsa, kepada bangsalah pemerintah menggantungkan diri dalam setiap urusannya, karena yang sedikit (pelaku kebijakan negara) pasti butuh pada yang banyak (anak bangsa). Dan belum pernah aku mendengar (penulis kitab) bahwa yang besar dan yang banyak menggantungkan diri pada yang sedikit, kecuali bilamana yang banyak itu lemah, pemalas, dan pengecut.
Selanjutnya, bila kita sebagai anak bangsa menginginkan negara/pemerintah yang baik dan berkemajuan, maka hendaknya kita pertama kali yang harus menjadi anak bangsa yang baik, bangkit dengan melakukan hal-hal yang dapat memberikan kontribusi kemajuan dan kesuksesan, hingga manakala kita telah baik, kita telah maju dan berkemajuan, otomatis negara/pemerintah akan maju dan berkemajuan (berkembang) bersama bangsa, karena sejatinya al-juzz tabiun lil kull (yang sedikit /negera ikut pada yang banyak/bangsa), dan pula negara adalah gambar dan cerminan daripada bangsa itu sendiri. Maka tatkala bangsa itu telah baik dalam segala aspeknya, maka baik negara juga demikian, dan sebaliknya, bila bangsanya itu jahat, maka negara /pemerintah juga jahat.
Andai kata negara/pemerintah saja yang baik-baik, sementara bangsanya bejat, maka perlahan negaranya ikut bejat juga. Dan andai saja, bangsanya yang baik-baik saja, sementara negaranya yang bejat, maka perlahan negara akan baik dan perlahan akan mengikuti kebaikan bangsanya.
Singkat kata, bahwa sejatinya negara itu mengikuti arusnya bangsa di dalam kemajuannya, keterbelakangannya, pengetahuanya dan kebodohannya, kebaikan dan kebejatannya.
Maka hendaknya, kita sebagai anak bangsa, tidak bergantung kecuali pada diri masing-masing, ini bilamana kita ingin menjadi bangsa yang baik, agar negara juga menjadi baik, maka hendaknya para pemuda, jadikanlah tujuan hidupmu khidmah, melayani bangsa, umat dengan khidmah yang sodiq, jujur, belayar mencapai keberhasilan dan kemajuan bangsa, hingga mereka dapati kembali kemajuan yang pernah hilang, mendapati kemuliaan yang pernah pergi.
Dengan demikian, bangsa menciptakan negara sesuai dengannya, kemajuannya, peradabannya, pendidikannya, perekonomiannya, pembangunannya, dan menjadi anak bangsa yang benar-benar memiliki jiwa nasionalisme yang kuat.
Terimakasih.
*Rohmatullah Asmuni* Anak bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar