Senin, 19 Oktober 2015

HIJRAH MAHASISWA



Oleh: Sela Siti Amaliah

Tahun Baru Islam 1437 H sudah melewati hari-hari mahasiswa. Sejarah menulis, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW membawa peradaban baru: peradaban kemilau Islam yang penuh cahaya keimanan, keilmuan dan spiritualitas yang seimbang.
Hijrah yang secara harfiyah bermakna pindah. Namun dalam dalam sejarah hijrahnya Nabi Muhammad dari kota Mekah menuju Madinah membawa perubahan-perubahan kemilau. Bagaimana tidak, Madinah yang disinggahi oleh Baginda Sayyidina Muhammad SAW memberikan cahaya kemantapan dan kekuatan iman dan ilmu. Sebab di Madinalah peradaban keilmuan berjalan signifikan. Dari halaqah-halaqah ilmiah yang diselenggarakan di Masjid Nabawi sinar peradaban keilmuan terang benderang. Kader-kader Rasulullah, para sahabat Nabi yang beliau didik kemudian hari menjadi kader-kader yang tangguh dalam segala hal. Tangguh dalam keimanan (spiritualitas), keilmuan (intelektualitas) dan amal nyata. Kesetian dan kecintaan para sahabat Nabi kepada pembawa risalah islamiah tidak bisa diragukan. Dalam perjuangan membela agama Islam serta mengibarkan nilai-nilai ajaran Islam yang bersinar, para sahabat ikut serta bahu membahu bersama Rasulullah. Jiwa, raga, harta dan akal pikiran diperjuangkan untuk kemajuan bendera Islam.            

Mahasiswa Islam sebagai penerus estafet perjuangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad selayaknya sadar. Perjuangan menyebarluaskan nilai ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamiin tidak berhenti pasca wafatnya Sang Pembawa cahaya Islam. Tetapi tugas menyebarluaskan nilai-nilai ajaran Islam yang penuh keramahan, kesopanan, kasih sayang, kedamaian merupakan tugas kita (mahasiswa) bersama. Karena tugas berat ini adalah kewajiban bagi kita yang mengaku seorang intelek, maka bagaimanapun kita dituntut menjadi mahasiswa yang berilmu (intelektualitas) lalu mengamalkan dan serta menyebarkannya (syiar). Bukankah Syaikh Mustafa Al-Ghalayani pernah mengatakan: ditangan pemuda (mahasiswa) urusan bangsa dan kontribusi pemuda (mahasiswa) kehidupan bangsa.            

Hijrah mahasiswa dari yang asalnya hanya beridentitas “mahasiswa” tanpa makna menuju “mahasiswa penuh makna”. Maksudnya, identitas kemahasiswaannya tidak sebatas nama dan simbolis, namun identitas mahasiswa harus selaras dengan arti mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa adalah dua kata yang terdiri dari Maha dan Siwa. Aneh, jika kita yang berkoar-koar mengaku mahasiswa, namun realitanya segi intelektualitas dan spiritualitas kita kalah dengan siswa, adik-adik kita.            

Pergantian dari detik ke detik, jam ke jam, waktu ke waktu, siang ke malam, hari ke bulan, bulan ke tahun, tahun ke tahun merupakan sunnatullah yang bersifat alamiah dan pasti terjadi perubahan dan pergantian. Namun esensi dari pergantian waktu ke waktu adalah bagaimana sekiranya kita menjadi mahasiswa yang tidak merugi. Menarik apa yang acap kali kita dengar: barangsiapa yang hari ini lebih jelek pekerjaannya ketimbang kemarin dialah merugi. Serta pepatah arab yang artinya telur hari ini lebih baik daripada ayam hari esok. Maksudnya, apa pun bentuknya kebaikan hari ini, perjuangan, kontribusi, aktivitas, bersosialisasi, silaturahmi dll itu lebih baik kita lakukan dengan segera tanpa harus menunggu besok hari. Oleh karenanya, hijrah kita harus hijrah total. Dari yang awalnya malasa menuju hijrah kegigihan. Dari kebodohan menuju hijrah intelektualitas. Dari kehampaan iman menuju hijrah keimanan (spiritualitas) sempurna. Dari sifat acuh tak acuh hijrah menuju rasa empati. Dan seterusnya.            

Menurut hebat penulis, acara memperingati tahun baru Islam (hijriah) dengan beragam acara yang diisi dengan zikir, tausiyah, dan acara positif lainnya adalah sarana mempertajam intelektualitas dan spiritualitas secara seimbang.            

Dalam hati, kadang bertanya, kenapa tahun baru Islam tidak semeriah perayaan tahun baru Masehi?. Bukankah akan menjadi lebih indah jika perayaan tahun baru Islam diiisi dengan kegiatan-kegiatan positif layaknya kemeriahan tahun baru masehi.
Wallahu A'lam Bishshowab.


*Mahasiswi STEI Tazkia Jurusan Akuntansi Islam


             
            

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...