Minggu, 07 Februari 2016

NU YANG SEKSI: SEBUAH SURAT BUAT ROYHAN RIKZA

Nahdhatul Ulama (NU) organisasi Islam terbesar di Indonesia. Kiprahnya dalam membangun bangsa dan Negara tidak bisa disanksikan lagi.  


Sejarah mencatat keterlibatan NU dalam menegakkan kemerdekaan Indonesia dengan revolusi jihad yang fatwakan oleh Sang Pendiri NU, Al-maghfurlah KH Hasyim Asy’ari. Bahkan para kiai-kiai pelosok desa yang berbasis NU terlibat langsung membela kemerdekaan Republik Indonesia, melawan penjajahan. Di Pondok Pesantren Sidogiri, Al-maghfurlah KH Abd Jalil Ayahanda dari KH Nawawi Abd Jalil Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri gugur mati syahid dan masih banyak kiai-kiani dan kaum muda NU yang terlibat langsung melawan penjajahan demi tegaknya kemerdekaan Republik Indonesia ini.

NU hingga kini masih eksis. Di usinya yang sudah tua (90 tahun) telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang berkiprah di Negara tercinta ini. Sebab NU tidak hanya mengayomi masyarakatnya, namun juga mengayomi bangsa dan Negara. Maka tidak heran, sikap NU yang moderat (tasamuh) dan seimbang (tawazun) banyak menjadi perhatian penelitian orang-orang luar NU bahkan dari orang luar Indonesia ini.

Masalah perbedaan adalah hal yang wajar. Ttanpa adanya perbedaan suatu organisasi tidak akan maju dan berkembang. Mengutip pendapat Ayahanda Prof Lafran Pane (Pendiri HMI) dalam buku 5 Tulisan Lafran Pane hlm 96: suatu organisasi hanya bisa maju dan dinamis kalau ada perbedaan paham di antara para anggotanya. Bahkan kalau mau jujur di masa Nabi Muhammad pun telah terjadi perbdaan perspektif di kalangan sahabat-sahabat termulia.

Mengenai tulisan saya sebelumnya, bukan bermakna penulis takut akan citra baik NU. Sebab kita bisa membaca mana oknum dan mana NU. NU dari dulu hingga sekarang penulis rasa masih memegang konon asas yang dibangun oleh Al-maghfurlah KH Hasyim Asy’ari yang berhaluan Aswaja (Ahlus Sunnah Waljama’ah). Tetapi yang menjadi perhatian penulis. Karena kita hidup di zaman yang serba digital dan hujan informasi begitu deras mewarnai kehidupan masyarakat modern era kini. Terus terang saja, penulis pernah diserang orang-orang wahabi lantaran tokoh kita (NU) menurut penilaian mereka membela syiah. Kita mengetahui orang-orang wahabi pastinya keblinger dan anti syiah. Syiah pun demikian. Sehingga yang menjadi korban adalah kita-kita yang mengaku NU Aswaja. Tetapi penulis sepakat, meski di tubuh NU terjadi perbedaan (yang menurut subjektifitas penulis akan menambah wawasan keilmuan), orang-orang pembenci NU tidak akan bisa menyukainya.

Kembali kepada topik, NU itu seksi sehingga kalau ada perbedaan menyebar cepat bagai kilat di masim hujan. Kita yang muda-muda ini, alangkah baiknya menyebarkan paham NU kepada generasi di bawah kita serta memperkanalkan khazanah keilmuan yang dimiliki ulama-ulama NU yang keilmuaannya bersanad (sambung) dengan baginda Rasulullah saw.

Sebenarnya ancaman bagi generasi muda seperti kita ini bukan perbedaan-perbedaan ulama, tetapi kebodohan kita yang menyelimuti darah daging kita. maka wajar, kalau ayat pertama yang turun kepada Baginda Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam adalah “iqra’”.

Rohmatullah Adny Asymuni
Kader Muda NU dan HMI.





Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...