Kalau Soekarno, Bapak Bangsa mencari wanita sebagai istrinya adalah wanita yang cantik.
Dalam hadits pun kata "li jamaliha" menikahi wanita karena kecantikan ada di point pertama, baru kalau tidak mau rugi, carilah wanita yang agamanya kuat meski cantik, kaya, bernasab mulia jadi no problem 100%.
Kalau boleh jujur setiap lelaki pasti yang dipandang terlebih dahulu bukan kuatnya agama (agamis), tetapi paras wajahnya yang menentramkan hati.
Apalagi kalau ada, sudah cantik, agamanya kuat, itu sudah bidadari surga sebelum surga.
Penulis sendiri kalau boleh memilih, ya memilih yang sekiranya nyenengin aja dah. Masalah dia tidak 100% agamis, menurut pandangan subjektif penulis tergantung pemimpinnya (suami). Kalau suaminya dapat menshalehahkan istrinya, pastinya dia dapat pahala double dong. Makanya kalau kalian merasa bisa menshalehahkan cari aja wanita cantik yang bisa diajak ke jalan yang lebih baik. Lah, kalau para lelaki cemen dan takut menikahi wanita yang tidak mapan agamanya, terus siapa yang mau menyelamatkan dia dari jurang kegelapan?.
Lihat saja almaghfurlah Ustadz Jefri dulu istrinya tidak seagamis sekarang, tetapi karena uje yang memimpin akhirnya istrinya bisa diagamiskan.
Coretan ini hanya sebatas perspektif penulis saja. Pembaca pastinya memiliki perspektif berbeda. Silakan. Bebas. Hal demikian wajar dan manusiawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar