Kamis, 28, April 2016 BEM REMA STEI Tazkia mengadakan acara yang bertajuk "Dialog Kebangsaan Resolusi Indonesia 2045: Kemana Arah Nusantra" dengan menghadirkan Ketum PB HMI Kakanda Mulyadi P. Tamsir, Ketum PP KAMMI Kartika Nur Rakhman, Ketua BEM UI 2015 Andi Aulia Rahman dan Ketua BEM UNJ 2015 Ronny Setiawan.
Sedikit ulasan yang bisa penulis sampaikan kepada para pembaca bahwa terjadi banyak problematika bangsa saat ini. Bangsa Indonesia sedang mengalami sakit dari segala aspek, pemerintahan yang korup baik dari pemerintahan teratas hingga lapisan bawah, kemiskinan dan degradasi moralitas kaum pelajar yang semakin tidak jelas dan kemiskinan yang melanda bangsa kita ini.
Sebagai mahasiswa yang menjadi harapan bangsa jangan hanya memikirkan diri sendiri, kuliah pulang, kuliah pulang tanpa memikirkan kondisi sekitar yang membutuhkan tenaga, pikiran dan keilmuan mahasiswa guna mengentaskan kemiskinan baik kemiskinan moralitas, intelktualitas dan spiritualitas.
Semuanya dapat melihat dengan kasat mata bahwa apa yang terjadi di bangsa kita adalah pradoks. Indonesia yang katanya merdeka namun sebenarnya bangsa terjajah, terjajah dalam segala hal, terjajah dalam perekonomian, kesejahteraan dan dll. Lihat saja siapa lebih banyak bermain dan menguasai perekonomian?.
Sumber daya alam yang kaya namun bangsanya miskin dan melarat.
Ditambah lagi sikap apatisme mahasiswa yang hanya ingin hidup enak sendiri tanpa mau memikirkan sekeliling dan masyarakat dan hedonisme yang merongrong pergerkan mahasiswa. Diperparah lagi gerakan mahasiswa yang kini telah dipasung dan dilumpuhkan oleh media dan sistem yang membungkamnya.
Maka hari ini senjata tertajam mahasiswa bukanlah bedil dan meriam yang dapat mematikan musuh-musuhnya, namun senjata tertajam mahasiswa adalah pena perubahan, pena kritikan dan pena nasehat. Kalau ada pemerintah dan siapa pun yang tak berpihak kepada keadilan, rakyat dan bangsa Indonesia wajib kita lawan, lawan dan lawan.
Tetapi sayangnya, acara yang sangat berharga ini tidak teralu mewah di mata mahasiswa STEI Tazkia. Penulis tidak tahu, apakah memang mahasiswa STEI Tazkia juga terbawa arus sikap apatisme dan hedonsme ataukah mereka memaliki agenda lain yang jauh lebih berharga dari acara ini. Wallahu A'lam. Yang jelas dari banyaknya mahasiswa STEI Tazkia ternyata yang hadir hanyalah segelintir orang yang bisa dihitung jari. Ini realitas yang terjadi, saaT ada acara yang berbau ilmiah, apakah itu acara yang dibawa BEM, KSEI PROGRES, LDK dan HMJ tidak banyak mahasiswa yang menyukainya. Kalau kelihatan banyak, sebenarnya yang hadir adalah anggotanya sendiri.
Di sinilah PR kita bersama, manajemen dan kampus serta para ketua-ketua organisasi internal kampus harus bisa membawa anggotanya saling bersinergi, saling menghadiri kajian satu sama lainnya. Kalau hal ini terus berulang terjadi, maka penulis tidak yakin bahwa pesimistis kampus STEI Tazkia akan melahirkan banyak tokoh dan generasi yang bisa diandalkan dalam segala bidang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar