Senin, 28 Agustus 2017

WAHABI-SALAFI KHAWARIJ MODERN


Sebenarnya yang memulai fitnah, caci maki ya kaum wahabi, khawarij modern. Ketika kita menepis, mereka bilang jagalah persatuan, merekanya sendiri menyubit. Ketika kita diam, orang-orang awam menganggap perkataan mereka bener. Kaum wahabi atau khawarij modern yang hidup di masa kini tak jauh berbeda dengan khawarij dahulu, mengganggap dirinya paling suci, paling sakral dan paling mengikuti ajaran Allah. 

Kita tak diajarkan membenci mereka, tapi bukan berarti kita harus diam seribu bahasa manakala mereka dengan kesombongannya menyalahkan para ulama ahlus sunnah waljamaah yang penuh kearifan dan ketawaduan.
Dari dahulu hingga kini, ulama aswaja dituduh sesat dan kafir lantaran amaliahnya tak sejalan dengan paham wahabi atau khawarij. Dahulu kaum khawarij mengklaim bahwasanya Imam Sayyidina Ali bin Abi Thalib diklaim tidak menjalankan hukum Allah, bahkan mereka berani bilang bertabatlah. Padahal kenyataannya, Imam Ali bin Abi Thalib adalah pemuda yang pertama kali beriman atas kerasulannya Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Bahkan Nabi sendiri memberinya gelar, pintunya ilmu dan Imam Ali termasuk sahabat yang taat serta tergolong salah satu almubasysyrina bil jannah (10 sahabat yang mendapat jaminan surga).
Kalau hari ini, banyak tuduhan keji, fitnahan, caci maki dan tuduhan paling busukpun yang dilemparkan kepada Ulama aswaja yang menjadi pewaris para Nabi, jangan heran. Sebab sejarah masa kini adalah bagian sejarah masa lalu. Kalau masa lalu, Imam Ali dituduh tidak berhukum dengan hukum Allah dan dicaci maki, maka jaman sekarang, ulama yang berpaham aswaja juga difitnah dan dianggap kafir dan tak bersunah Nabi.
Untuk menjaga diri dari paham ekstrimis wahabi, neo khawarij adalah mendekatkan diri pada ulama yang sesungguhnya, memperdali qurdis dan kajian kitab kuning secara mendalam.

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...