Mengajar
bukanlah sebuah profesi tapi lebih pengabdian diri kepada ilmu dan
masyarakat atau dalam istilah bahasa Arab khidmah lil ilmi wal ummah.
Karena mengajar bukanlah profesi sehingga masih ada orang berilmu yang
merasa tidak punya tanggung jawab untuk menyebarluaskannya dan
mencerdaskan masyarakat. Ia berpandangan yang penting dirinya yang
berilmu. Begitupula orang yang tidak mengerti dan tidak berilmu tidak
berarti dia tidak punya tanggungan untuk dirinya. Ia sebisa mungkin
belajar kepada siapa pun yang dirasa punya ilmu. Hal demikian menjadi
perhatian besar oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam agar yang
alim suka rela mengajar dan yang jahil (tidak berilmu) memiliki
kesabaran dalam mecarinya.
Diriwayatkan
oleh Imam Ibnu Rahawaih, Imam Bukhari dalam al-wihdan, Imam Ibnus
Sakan, Imam Ibnu Mundah, Imam Thobrani, Imam Abu Nu'im, Imam Asakir,
Imam Bawardi, Imam Ibnu Mardawaih dari Imam Abza Al-Khazza'i
radhiyallahu anhu, Ayahanda Sayyidina Abdurrahman, dia berkata:
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam suatu saat memuji kebaikan
sekelompok kaum muslimin, kemudian beliau bersabda: Apa gerangan seorang
kaum tidak menjadikan tetangganya orang yang mengerti agama, tidak
mengajarkannya, tidak mencerdaskannya, tidak memerintahkan (kebaikan)
padanya, dan tidak melarang (kemungkaran) padanya?. Dan mengapa seorang
kaum tidak belajar kepada tetangganya, tidak menjadikan dirinya mengerti
dan cerdas?. Demi Allah sebaiknya seorang kaum mengajar tetangganya,
mencerdaskannya, menjadikan seorang yang faqih (mengerti agama),
memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran, dan sebaiknya seorang
kaum belajar kepada tetangganya menjadi cerdas dan mengerti atau kalau
tidak, akan disegerakan kepada mereka siksaan di dunia. Setelah
berkhutbah, Rasulullah pun sesegera masuk ke dalam rumahnya.
Maka
setiap yang punya ilmu harus memiliki kesadaran dan kesetian untuk
mengajarkannya dan yang tidak berilmu juga jangan malu untuk belajar
kepada siapapun yang dianggap mengerti dalam urusan agama Allah
subhanahu wataala.
Referensi: Hayatush Shahabah (173/3) karya Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar