Minggu, 13 Agustus 2017

WUJUD ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA

 

Kenapa kita bilang kopi itu pahit, gula itu manis, air itu menyegarkan, makan itu mengenyangkan?. Karena kita pernah mencoba, menyicipi, merasakan dan menikmati. Atau dalam bahasa ilmiahnya, karena kita tak hanya berhepotesis belaku yang melalui asumsi dan praduga yang perlu diuji kevalidannya dan kereabilitasannya, tapi kita mengujinya dengan nyata, memakannya, meminumnya, merasakannya, yang dalam bahasa ilmiah dilakukan secara empiris. Pahit ada, manis ada, kecut ada, putih ada, hitam ada karena kesemuanya dapat dibuktikan secara rasional dan observasi langsung. 
Allah ada, malaikat ada, siksa kubur dan nikmat kubur ada, surga dan neraka ada, bisa kita buktikan melalui keimanan yang datangnya dari wahyu Allah itu sendiri. Tapi hal demikian tak bisa diilmiahkan berdasarkan panca indera di dunia, sebab hal ghaib bukan ranahnya ilmiah, bukan ranahnya rasionalitas, bukan ranahnya otak kiri yang berpikiran secara sistematis. Tapi hal ghaib seperti adanya Allah, malaikat, dll adalah ranah keimanan dan keyakinan yang berada diotak kanan. 

Sehingga kita tak dibenarkan mengatakan bahwa Allah bersemayam di atas langit. Sebab langit ada batasnya yang diketahui Allah, dan langit adalah makhluk ciptaannya. Kalau Allah dapat diukur, apa bedanya Allah dengan manusia, yang dapat dilihat mata, diraba dan panca indera lainnya. Padahal Allah bersifat qiyamuhu binafsihi. Oleh sebab itu akal menuntut  rasionalitas kepada segala hal tak akan mampu menembus dan membicarakan eksistensi Allah. Akal hanya mampu mengatakan Allah ada sebab adanya alam ini yang butuh kepada sang pencipta.
Maka saya lebih sependapat terhadap Imam Aswaja, Imam Asy'aru yang mengatakan eksistensi Allah tak butuh kepada tempat, sebab tempat adalah makhluk.

Menyamakan keberadaan Allah dengan makhluk adalah kebodohan dan kesesatan dalam teologi yang bisa berakibat fatal. Keberadaan Allah tak butuh pada pencipta yang mengadakan, sebab Allah yang maha pencipta dan selain-Nya butuh Allah dan Allah tak butuh kepada selainnya. 

Lalu apakah kita mau berkata Allah ada karena ada hal lain mengadakannya, seperti rasa manis pada gula karena adanya manis setelah dirasakan dan dibuktikan dengan metode ilmiah yang sistematis?. Tidak. Keberadaan Allah tak bisa dihasilkan dengan metode ilmiah yang dibuat manusia. Keberadaan Allah adalah keimanan yang harus diimani dan diyakini akan kebenerannya keadaannya. Inilah ranah teologi Islamiyah. Teologi yang diyakini dan imani kebenarannya oleh pemeluk agama Islam. Sekali lagi ini adalah ranah tauhidiyah.

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...