Senin, 30 April 2018

BUKU-BUKU PESANTREN HARUS BERSAING DI KANCAH NASIONAL


Saya bersama tiga sahabat, Ust Helmy, Ust Ihfal dan Ust Hasan mengunjungi dan melihat-lihat buku-buku di acara Islamic Book Fair di Jakarta Convention Center.
Saya berpikir, andai buku-buku penerbit pesantren dipromosikan dan dijual di sana akan menjadi nilai tambah dalam mengisi khazanah keilmuan dari pesantren.


Tapi akhirnya saya merasa senang di saat mata tertuju pada sebuah lapak yang bertuliskan " مكتبة الترمس للتراس" tidak lain karena setelah ngobrol santai dengan salah satu penjaga/penjual di lapak tersebut, ternyata dalam penerbitan buku/kitab tidak hanya konsentrasi pada penjualan, melainkan karya-karya yang terbitkannya selain buku-buku karya ulama yang mumpuni di bidangnya, juga dalam penerbitan butuh keaslian teks atau tulisan atau manuskrip aslinya.
Bayangkan, dalam penerbitan kitab ta'lim muta'allim yang familiar di pesantren-pesantren ternyata butuh sampai 7 manuskrip/salinan tulisan aslinya. Ini adalah kelebihan buku cetakan tersebut, di mana pada saat yang sama ada sebagian penerbit, kelompok orang yang melakukan distorsi kitab karena tak sepaham dengan alur pemikiran dan kepentingannya, menambah dan mengurangi isi karya ulama hingga makna dan tujuannya kabur.

Saya kira, kita tidak hanya butuh buku yang mudah kita dapatkan dari penerbit-penerbit, tapi kita juga butuh buku/karya yang masih memiliki keorisinilan dari penulisnya dengan memperhatikan manuskrip aslinya. @ Jakarta convention center ( JCC ). (Ahad 22/04/2018).

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...