Apa itu syariat?.
Thariqah (Indonesia biasa menyebut tarekat) hampir sama dengan syariat, namun ada penekanan berupa melepas dengan meninggalkan apa yang dihukumi mubah dengan mengambil hukum yang hati-hati seperti wara', riyadlah dengan cara qiyamul lail (melek malem beribadah), berpuasa sunnah, tidak banyak berbicara.
Manakala syariat dan thariqah sudah dijalani, maka masuk pada hakikat, yaitu faham hakikat sesuatu, seperti penyaksian (syuhud) pada asma dan sifat-sifat Allah, penyaksian pada Dzat Allah, penyaksian pada asrar (rahasia-rahasi a Al-Qur'an), asraru alman'i, asrarul jawaz, dan 'ulumi al-ghaibiyah (ilmu-ilmu yang tidak dapat dicerna panca indra /ilmu ghaib) yang tidak diperoleh dari seorang guru, namun ilmu ini langsung diperoleh/ dipahami dari Allah Swt, alias ilmu ladunni. Untuk hal ini, Allah berfirman
إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا ويكفر عنكم سيأتكم ويغفر لكم
Artinya: Jika bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu petunjuk, dan menutupi segala kesalahan-kesal ahanmu dan mengampuni dosa-dosa (mu).”(Qs. Al-Anfal :29).
Syaikh Nawawi al-Bantani menafsiri makna فرقانا dengan
اي فهما في قلوبكم تأخذونه
عن ربكم من غير معلم
Jika bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu petunjuk, yakni pemahaman dalam hatimu yang bersumber dari Allah tanpa seorang guru. (Syaikh Nawawi al-Bantani, Muroqi al-Ubudiyah, hal 04, Alharamain, tt). Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
واتقوا الله ويعلمكم الله والله بكل شيئ عليم
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarkanmu. “(Qs. al-Baqarah ayat: 282). Syaikh Nawawi menafsirinya dengan ( بغير واسطة معلم) tanpa ada perantara seorang guru.
Imam Malik رضي الله عنه berkata: من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم
Barangsiapa yang mengamalkan ilmu (sesuatu yang diketahuinya), Allah memberikan (mewariskan) ilmu yang belum diketahuinya.
Poin syariat ada pada kata "علم" ilmu. Poin thariqah ada pada kata "عمل" mengamalkan. Dan poin hakikat terletak pada kata "ورثه الله علم ما لم يعلم" (Allah mewariskan/ memberikan ilmu yang belum/tidak diketahuinya oleh yang mengamalkan ilmu).
Disinilah bahwa Syariat, Thariqah, dan Hakikat merupakan kesatuan paket. Dimana seseorang tidak akan sampai pada hakikat manakala dia belum melakukan syariat dan thariqah. Maulana Syaikh Zainuddin dalam Hidayat al-Adzkia menjelaskan seperti berikut:
فشريعة كسفينة وطريقة # كالبحر ثم حقيقة در غلا
Syariat laksana perahu/bahtera dan thariqah # laksana lautan kemudian hakikat laksana intan yang berharga.
Seseorang tidak akan bisa mengambil intan (hakikat) yang sangat berharga sampai kapan pun, jika dia tidak dapat mengarungi lautan thariqah. Dan pastinya seseorang tidak akan bisa berlayar ke tepi lautan thariqah jika tidak menaiki perahu syariat.
Tidak sedikit orang sibuk dengan mempersoalkan halam-haram syariat, menuduh sesat-kafir dan bidah pada orang lain hanya karena berbeda pendapat dalam urusan furuiyah.
Mereka yang masih dalam taraf suka menyalahkan, sejatinya dia belum sampai pada lautan tarekat yang berhati-hati dalam bersyariat. Sebab orang yang masuk kedalam lautan tarekat Ia tidak sibuk mengkafir-kafir kan umat Islam, karena dirinya telah disibukkan dengan menyucikan dirinya dari sifat-sifat yang kotor. Ia fokus ‘menghiasi’ dirinya dengan budi yang luhur dan meng-ihsan seluruh tindak lakunya sebagai representasi ihsan yang didialogkan Nabi Muhammad saw bersama Malaikat Jibril yang juga disaksikan sahabat Sayyidina Umar bin al-Khotob yang berbunyi: قال فأخبرني عن الإحسان، قال : ان تعبد الله كأنك تراه وإن لم تكن تراه فإنه يراك
Kemudian Jibril berkata: "Beritahukan aku tentang ihsan. Lalu beliau bersabda: "Ihsan adalah engkau beribadah (menghamba) pada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau. (HR. Imam Muslim, Arbain Nawawi, hlm 14, tt).
Semoga kita bisa menyatukan syariat, tarekat (thariqah) dan hakikat dalam kehidupan kita sehingga menjadi insan kamil dan menjadi ibadillah ash-sholihin yang selalu memandang manusia adalah ciptaan Allah dan dapat memuliakan manusia serta dapat memanusiakan manusia bukan menghewankan manusia. Wasallam
Wallu a'lam bish showab.
Rohmatullah Adny Asymuni
- Menurut Imam Ash-Showi syariat adalah berisi hukum-hukum Allah yang dibebankan pada kita yang sudah mukallaf, berupa kewajiban-kewaj
iban seperti sholat, zakat dll, kesunahan-kesun ahan, muharramat (hukum-hukum haram), hukum-hukum makruh, dan hukum-hukum jaiz. Pendek kata, syariat adalah melakukan apa yang diperintahkan serta menjauhi apa uang dilarang.
Thariqah (Indonesia biasa menyebut tarekat) hampir sama dengan syariat, namun ada penekanan berupa melepas dengan meninggalkan apa yang dihukumi mubah dengan mengambil hukum yang hati-hati seperti wara', riyadlah dengan cara qiyamul lail (melek malem beribadah), berpuasa sunnah, tidak banyak berbicara.
Manakala syariat dan thariqah sudah dijalani, maka masuk pada hakikat, yaitu faham hakikat sesuatu, seperti penyaksian (syuhud) pada asma dan sifat-sifat Allah, penyaksian pada Dzat Allah, penyaksian pada asrar (rahasia-rahasi
إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا ويكفر عنكم سيأتكم ويغفر لكم
Artinya: Jika bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu petunjuk, dan menutupi segala kesalahan-kesal
Syaikh Nawawi al-Bantani menafsiri makna فرقانا dengan
اي فهما في قلوبكم تأخذونه
عن ربكم من غير معلم
Jika bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu petunjuk, yakni pemahaman dalam hatimu yang bersumber dari Allah tanpa seorang guru. (Syaikh Nawawi al-Bantani, Muroqi al-Ubudiyah, hal 04, Alharamain, tt). Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
واتقوا الله ويعلمكم الله والله بكل شيئ عليم
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarkanmu. “(Qs. al-Baqarah ayat: 282). Syaikh Nawawi menafsirinya dengan ( بغير واسطة معلم) tanpa ada perantara seorang guru.
Imam Malik رضي الله عنه berkata: من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم
Barangsiapa yang mengamalkan ilmu (sesuatu yang diketahuinya), Allah memberikan (mewariskan) ilmu yang belum diketahuinya.
Poin syariat ada pada kata "علم" ilmu. Poin thariqah ada pada kata "عمل" mengamalkan. Dan poin hakikat terletak pada kata "ورثه الله علم ما لم يعلم" (Allah mewariskan/
Disinilah bahwa Syariat, Thariqah, dan Hakikat merupakan kesatuan paket. Dimana seseorang tidak akan sampai pada hakikat manakala dia belum melakukan syariat dan thariqah. Maulana Syaikh Zainuddin dalam Hidayat al-Adzkia menjelaskan seperti berikut:
فشريعة كسفينة وطريقة # كالبحر ثم حقيقة در غلا
Syariat laksana perahu/bahtera dan thariqah # laksana lautan kemudian hakikat laksana intan yang berharga.
Seseorang tidak akan bisa mengambil intan (hakikat) yang sangat berharga sampai kapan pun, jika dia tidak dapat mengarungi lautan thariqah. Dan pastinya seseorang tidak akan bisa berlayar ke tepi lautan thariqah jika tidak menaiki perahu syariat.
Tidak sedikit orang sibuk dengan mempersoalkan halam-haram syariat, menuduh sesat-kafir dan bidah pada orang lain hanya karena berbeda pendapat dalam urusan furuiyah.
Mereka yang masih dalam taraf suka menyalahkan, sejatinya dia belum sampai pada lautan tarekat yang berhati-hati dalam bersyariat. Sebab orang yang masuk kedalam lautan tarekat Ia tidak sibuk mengkafir-kafir
Kemudian Jibril berkata: "Beritahukan aku tentang ihsan. Lalu beliau bersabda: "Ihsan adalah engkau beribadah (menghamba) pada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau. (HR. Imam Muslim, Arbain Nawawi, hlm 14, tt).
Semoga kita bisa menyatukan syariat, tarekat (thariqah) dan hakikat dalam kehidupan kita sehingga menjadi insan kamil dan menjadi ibadillah ash-sholihin yang selalu memandang manusia adalah ciptaan Allah dan dapat memuliakan manusia serta dapat memanusiakan manusia bukan menghewankan manusia. Wasallam
Wallu a'lam bish showab.
Rohmatullah Adny Asymuni
1 komentar:
Ok
Posting Komentar