Berbicara tentang NU berbicara tentang keIslaman, keIndonesiaan dan perjuangan. Tak diragukan lagi bahwa ulama, kyai dan warga NU turut ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melawan kolonial dan penjajahan di tanah pribumi ini. Tak perlu penulis sebutkan siapa saja yang terlibat melawan penjajahan demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia.
NU dan lapisan masyarakat telah banyak berjasa pada kita yang hidup di
abad 21 ini. Kita hanya menjadi penikmat hasil keringat perjuangan nenek
moyang kita yang berjuang demi sebuah kemerdekaan. Setelah
Indonesia merdeka yang dikumandangkan oleh Presiden pertama, Soekarno
-singkat cerita- telah final menjadikan pancasila sebagai falsafah
ideologi Indonesia, bukan sebagai mazhab apalagi agama. Tidak. Pancasila
tidak bertentangan dengan Islam, justru dalam organ pancasila tersinari
oleh nilai-nilai ajaran Islam.
Coba perhatikan dan pahami butir
Pancasila, adakah yang melenceng dari ajaran Islam?. Apakah
dibawah ideologi Pancasila, umat Islam dilarang untuk beribadah, pergi ke
Masjid guna melaksanakan sholat wajib, sholat Jumat, sholat Idul Fitri dan
Idul Adha?. Tidak. Lalu kenapa masih ada yang menyangsikan Pancasila?.
Akhir-akhir ini Indonesia dihebohkan dengan provokasi HTI (Hizbu Tahrir Indonesia) dan para Juru dakwah HTI,
pengikut dan simpatisannya bahkan ustadz-ustadznya kompak sering menyudutkan kita dan para Kyai yang menerima Pancasila sebagai ideologi Negara, bahkan dengan kerasnya mereka berfatwa layaknya mufti dengan menyatakan bahwa membela Nasionalisme tidak ada panduannya, tapi membela Islam jelas ada
panduannya. Seolah-olah mereka beropini bahwa Nasionalisme bertentangan dengan
Islam. Inilah kepicikan dalam beretorika dan beropini mereka. Hingga umat yang
awam akan terbuai dengan opini manisnya yang penuh racun itu.
Menolak
paham HTI tidak bisa dipahami menolak ajaran Islam. Jika HTI mengakui dirinya berpaham Islam yang benar, lalu mengapa mereka menuduh orang Indonesia yang menerima Pancasila di klaim sebagai orang kafir dan pengikut thagut (berhala)?. Mana ada ajaran
Islam dengan menuduh umatnya sebagai orang kafir, pemimpin Jahiliyah, thagut dan
berhala hanya menerima Pancasila yang jelas-jelas tidak bertentangan dengan agama Islam itu sendiri?. Bukankah umat Islam dan NU yang berpaham ahlusunnah waljamaah
telah Nabi jamin tidak akan berkumpul pada kesesatan selamanya, (inna
ummati la tajtami'u ala dhalalatin abadan). Lantas, mengapa mereka fasih menuduh syirik dan kafr pada sesama umat Islam?.
Setiap pemahaman
yang melenceng dari paham ahlusunnah waljamaah, baik itu wahabi, syiah,
liberal, dan paham lainnya, wajib bagi kita membuang sejauh mungkin dan
membentengi internalisasi kita dengan paham aswaja, belajar pada ulama yang memiliki rantai sanad yang sambung keilmuannya hingga pada Baginda Nabi Muhammad Saw serta istiqamah dengan
mempraktekkannya tanpa ragu. Dengan demikian, setiap organisasi apapun namanya, pengikut dan para simpatisannya, jikalau
terindekasi pada aktifitasnya tindakan-tindakan yang memprovokasi umat, menentang serta
keluar dari barisan pemerintah yang sah, mereka disebut bughat (tindakan makar)
yang boleh diperangi, atau kalau bisa dirangkul dengan diberi pemahaman yang benar agar tidak menjadi benalu dan virus mematikan yang hidup di tubuh Indonesia.
Oleh sebab itu, pembubaran
HTI oleh pemerintah dalam hemat penulis, merupakan tindakan yang sah-sah
saja, mengingat HTI sudah menyandang penyakit kronis yang mewabah dan
menjalar ke tubuh umat, bangsa Indonesia. Sebab kalau dibiarkan, bukan
tidak mungkin virus itu akan menyerang keutuhan berbangsa dan bernegara, dan puncaknya akan merobohkan
kedaulatan dan kesatuan bangsa ini.
Begitu juga, pemerintah telah
melarang setiap ormas yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia
yang telah merdeka dengan tetes air mata perjuangan. Maka tak heran
jikalau pemerintah melarang PKI hidup dan bernyawa lagi di Indonesia. Jikalau kita sebagai anak bangsa tertanam dalam sanubari cinta tanah
air (memiliki jiwa nasionalisme yang kokoh) akan kita dapati Indonesia aman santosa, sejahtera dan merdeka.
Bukan saatnya lagi, kita berdebat tentang ideologi Indonesia
yang hanya membuang waktu, energi dan pikiran. Sebab Pancasila dirumuskan bukan sembarang orang, tapi telah dirumuskan oleh para ulama, waliyullah yang kealiman dan kesalehannya tidak diragukan lagi. Saatnya anak bangsa
menatap masa depan lebih baik lagi, memajukan negaranya, memberikan
kontribusi nyata pada negara dan bangsa, serta mau belajar dari sejarah agar
mampu membaca Indonesia dengan hati sanubari, bukan dengan caci maki dan luapan emosi.
Indonesia butuh pemuda yang dapat memberikan solusi, bukan yang menambah beban bumi pertiwi dan menjadi polusi bagi keutuhan NKRI. Marilah kita sama-sama merajut persaudaraan, membuang rasa kebencian dalam dada. Marilah kita rajut khuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah-insaniyyah.
HTI sudah dibubarkan sebagaimana PKI sudah dilarang. Tugas kita bersama adalah mencintai sesama umat Islam, meski berbeda pandangan. Mencintai mereka yang berpaham WAHABI, SYIAH, Liberal, HTI dengan mengajaknya pada paham Ahlussunnah Waljamaah. Maka selagi mereka masih bersyahadat dengan syahadat yang sama, qiblatnya sama, Tuhannya sama, mereka adalah saudara dalam keimanan dan keislamanan. Dan untuk mereka, janganlah menuduh umat Islam dengan kata-kata kafir, syirik, bidah. Hentikan tuduhan itu.
Indonesia butuh pemuda yang dapat memberikan solusi, bukan yang menambah beban bumi pertiwi dan menjadi polusi bagi keutuhan NKRI. Marilah kita sama-sama merajut persaudaraan, membuang rasa kebencian dalam dada. Marilah kita rajut khuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah-insaniyyah.
HTI sudah dibubarkan sebagaimana PKI sudah dilarang. Tugas kita bersama adalah mencintai sesama umat Islam, meski berbeda pandangan. Mencintai mereka yang berpaham WAHABI, SYIAH, Liberal, HTI dengan mengajaknya pada paham Ahlussunnah Waljamaah. Maka selagi mereka masih bersyahadat dengan syahadat yang sama, qiblatnya sama, Tuhannya sama, mereka adalah saudara dalam keimanan dan keislamanan. Dan untuk mereka, janganlah menuduh umat Islam dengan kata-kata kafir, syirik, bidah. Hentikan tuduhan itu.
Hendikan propaganda dan
drama sistematis untuk melumpuhkan yang lain. Pun juga, bagi ormas
apapun semoga dapat dengan bijak menyelesaikan problematika kehidupan, memberikan solusi bukan polusi opini yang membutakan hati. Lelah rasanya,
bila kita sesama muslim saling beradu emosi, hujatan dan caci maki tanpa henti.
Bagi NU saatnya merangkul alumni HTI dengan kasih sayang dan toleransi hati dan kesucian sanubari. Begitupun bagi ormas lainnya, hentikan saling serang-menyerang yang mengakibatkan rusaknya persatuan NKRI. Untuk setiap da'i jangan ada lagi fatwa-fatwa yang mengajak umat memusuhi negara dan NKRI, lebih bijak mengajak umat mengingat Ilahi dan ajaran Nabi Muhammad, mengajak umat untuk selalu bertakwa dan berbuat baik pada sesama umat manusia, sebagai bentuk manifestasi ajaran Islam yang penuh rahmat bagi semesta alam.
Bagi NU saatnya merangkul alumni HTI dengan kasih sayang dan toleransi hati dan kesucian sanubari. Begitupun bagi ormas lainnya, hentikan saling serang-menyerang yang mengakibatkan rusaknya persatuan NKRI. Untuk setiap da'i jangan ada lagi fatwa-fatwa yang mengajak umat memusuhi negara dan NKRI, lebih bijak mengajak umat mengingat Ilahi dan ajaran Nabi Muhammad, mengajak umat untuk selalu bertakwa dan berbuat baik pada sesama umat manusia, sebagai bentuk manifestasi ajaran Islam yang penuh rahmat bagi semesta alam.
Masalah perbedaan, sampai akhir kiamatpun tidak
akan mati. Tugas kita, sebagai pemimpin di muka bumi ini, menyukurinya
dengan segala aktifitas penghambaan diri pada Allah, menunaikan
kewajiban kita sebagai manusia, bekerja, berusaha dan bergerak. Kalau
dengan perbedaan kita dapat bersatu, mengapa harus bermusuhan?. Kalaupun
kita tak bisa bersatu dalam pemikiran, bukan berarti kita tak bisa
bersatu dalam aspek lain. Kaidah sederhananya adalah kita berlapang dada
dengan perbedaan, dan bersama-sama menguatkan kebersamaan.
Kalau dalam tahlilan, zikiran, tawasulan, sholawatan dan sebagainya tak bisa bersama, mungkin dalam hal kebaikan yang lain bisa bersama. Marilah bersama-sama memajukan bangsa Indonesia, memajukan pendidikan, bersama melawan kebodohan, bersama dalam membangun perekonomian, bersama dalam membantu yang lemah, fakir dan miskin, bersama menegakkan keadilan.
Jangan karena berbeda ormas, lalu tak dapat merajut ukhuwah Islamiyah. Ormas adalah kendaran bukan tujuan. Tujuan besarnya adalah keridhoan Allah dengan memperjuangkan Islam ditengah masyarakat yang majemuk dan beragam ini. Kalau bukan kita, pemuda yang punya tekad menghidupkan dan menyiarkan ajaran Islam, lalu siapa lagi.
Ditangan pemudalah kemajuan bangsa berkibar, dan kemorosotan serta degradasi moral pemudalah kemorosotan bansa tak terhindarkan.
Kalau dalam tahlilan, zikiran, tawasulan, sholawatan dan sebagainya tak bisa bersama, mungkin dalam hal kebaikan yang lain bisa bersama. Marilah bersama-sama memajukan bangsa Indonesia, memajukan pendidikan, bersama melawan kebodohan, bersama dalam membangun perekonomian, bersama dalam membantu yang lemah, fakir dan miskin, bersama menegakkan keadilan.
Jangan karena berbeda ormas, lalu tak dapat merajut ukhuwah Islamiyah. Ormas adalah kendaran bukan tujuan. Tujuan besarnya adalah keridhoan Allah dengan memperjuangkan Islam ditengah masyarakat yang majemuk dan beragam ini. Kalau bukan kita, pemuda yang punya tekad menghidupkan dan menyiarkan ajaran Islam, lalu siapa lagi.
Ditangan pemudalah kemajuan bangsa berkibar, dan kemorosotan serta degradasi moral pemudalah kemorosotan bansa tak terhindarkan.
Di akhir tulisan ini, penulis mengajak,
hentikan saling mencurigai sesama umat Islam. Kalau bisa problematika
dihentikan dengan kedamaian kenapa harus dengan kekerasan?. Kalau bisa
permasalahan kehidupan dengan cinta, kenapa harus dengan membenci?.
Kalau bisa segala dinamika kehidupan bisa diatasi dengan kasih sayang,
kenapa harus diselesaikan dengan derita air mata.
Oleh: Rohmatullah Adny Asymuni.
Tulisan direvisi ulang.
Oleh: Rohmatullah Adny Asymuni.
Tulisan direvisi ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar