Senin, 06 November 2023

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu masih ketergantungan pada orang lain untuk mencukupi kebutuhannya, maka hakikatnya individu bangsa itu adalah individu yang masih lemah, gugur, dan hina. Begitu juga tatkala bangsa itu abai akan urusan dirinya, ketergantungan dengan bangsa lain, tidak berlayar di atas perahu kesemangatan, maka hakikatnya bangsa itu belum merdeka, masih terbelenggu dengan belenggu perbudakan.

Jika hendak kita -sebagai bangsa- menjadi bangsa yang baik, bangsa yang berkemajuan, hendaknya kita berlayar untuk kemajuan bangsa dari jalan bangsa itu sendiri, bukan berlayar dari jalan negara atau pemerintah. Kita berlayar dengan mengorbankan kesungguhan luar biasa di jalan bangsa, sebagaimana telah dipraktekkan oleh bangsa-bangsa yang maju hari ini, di mana mereka membangun pendidikan-pendidikan, pabrik-pabrik usaha, perindustrian dll tanpa berjabat tangan meminta bantuan dari negara/pemerintah. Maka, tatkala masih mengemis bantuan negara/pemerintah, sejatinya kita -anak bangsa- masih menjadi anak bangsa yang terbelakang, alias belum merdeka dan maju berkembang. 

Anak bangsa manapun, tatkala di dalam mencapai suksesi tujuannya masih mengandalkan pada negara/pemerintah, masih menggantungkan diri pada tangan pemerintah, sejati ia bagaikan keluarga negara, yang akan terbelenggu dengan pemerintah. Maka, tatkala anak bangsa terbatas dan tergantung dengan yang lain, ia bangsa yang belum merdeka. Jika tergolong anak bangsa yang belum merdeka, lalu dari arah mana ia akan maju berkembang?, dari arah mana ia akan bangkit?. 

Justru yang terjadi setiap negara /pemerintah bagian daripada bangsa, yang memiliki kebijakan khusus. Negara selamanya dan seterusnya pasti akan mengulurkan pertolongan dan kekuatan dari bangsa, kepada bangsalah pemerintah menggantungkan diri dalam setiap urusannya, karena yang sedikit (pelaku kebijakan negara) pasti butuh pada yang banyak (anak bangsa). Dan belum pernah aku mendengar (penulis kitab) bahwa yang besar dan yang banyak menggantungkan diri pada yang sedikit, kecuali bilamana yang banyak itu lemah, pemalas, dan pengecut. 

Selanjutnya, bila kita sebagai anak bangsa menginginkan negara/pemerintah yang baik dan berkemajuan, maka hendaknya kita pertama kali yang harus menjadi anak bangsa yang baik, bangkit dengan melakukan hal-hal yang dapat memberikan kontribusi kemajuan dan kesuksesan, hingga manakala kita telah baik, kita telah maju dan berkemajuan, otomatis negara/pemerintah akan maju dan berkemajuan (berkembang) bersama bangsa, karena sejatinya al-juzz tabiun lil kull (yang sedikit /negera ikut pada yang banyak/bangsa), dan pula negara adalah gambar dan cerminan daripada bangsa itu sendiri. Maka tatkala bangsa itu telah baik dalam segala aspeknya, maka baik negara juga demikian, dan sebaliknya, bila bangsanya itu jahat, maka negara /pemerintah juga jahat. 

Andai kata negara/pemerintah saja yang baik-baik, sementara bangsanya bejat, maka perlahan negaranya ikut bejat juga. Dan andai saja, bangsanya yang baik-baik saja, sementara negaranya yang bejat, maka perlahan negara akan baik dan perlahan akan mengikuti kebaikan bangsanya. 

Singkat kata, bahwa sejatinya negara itu mengikuti arusnya  bangsa di dalam kemajuannya, keterbelakangannya, pengetahuanya dan kebodohannya, kebaikan dan kebejatannya. 

Maka hendaknya, kita sebagai anak bangsa, tidak bergantung kecuali pada diri masing-masing, ini bilamana kita ingin menjadi bangsa yang baik, agar negara juga menjadi baik, maka hendaknya para pemuda, jadikanlah tujuan hidupmu khidmah, melayani bangsa, umat dengan khidmah yang sodiq, jujur, belayar mencapai keberhasilan dan kemajuan bangsa, hingga mereka dapati kembali kemajuan yang pernah hilang, mendapati kemuliaan yang pernah pergi. 

Dengan demikian, bangsa menciptakan negara sesuai dengannya, kemajuannya, peradabannya, pendidikannya, perekonomiannya, pembangunannya, dan menjadi anak bangsa yang benar-benar memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. 
Terimakasih.

*Rohmatullah Asmuni* Anak bangsa Indonesia.

Sabtu, 21 Oktober 2023

NASHAIHUL IBAD(Dengan Terjemah dan Makna Pesantren)

Penulis : Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani al-Jawi
Penerjemah : Ali Mubarok
Penerbit : Pustaka Isyfa' Lana, Kediri
Kertas : HVS/ Hard Cover
Tebal : vi + 445 Hlm 
Ukuran : 16 x 24 Cm
Harga : Rp. 85.000

Nashaihul Ibad adalah kitab karya Syekh Nawawi al-Bantani, seorang ulama besar yang lahir pada tahun 1815 M di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa kabupaten Serang provinsi Banten. Beliau adalah salah satu ulama Nusantara yang pernah menjadi Imam di Masjidil Haram. Selain itu, karya-karyanya juga menjadi referensi di Universitas al-Azhar Mesir.

Sesuai degan namanya, yakni Nashaihul Ibad yang artinya nasihat-nasihat bagi para hamba, berisi beberapa nasihat dalam menjelaskan kata-kata peringatan untuk bersiap menghadapi hari kiamat yang dikelompokkan menjadi 10 bab yang berisi 214 nasihat.

Sebanyak empat puluh lebih nasihat di antaranya bersumber dari Hadits dan sisanya adalah Atsar atau ucapan para sahabat Nabi Muhammad Saw. Di setiap bab, Syekh Imam Nawawi selalu memberikan uraian terlebih dahulu mengenai jumlah nasihat yang beliau paparkan dan jumlah poin dalam setiap nasihatnya beserta jumlah hadits maupun atsarnya.

Kitab berbahasa arab yang berisi tentang ilmu tasawuf ini kami terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta memaknai setiap kalimatnya dengan makna pegon atau makna pesantren. Dengan niatan agar para pembaca bisa lebih cepat dan mudah untuk memahaminya.

Pesan via WA 087881042960

Jumat, 18 Agustus 2023

POSISI ALUL BAIT PERSPEKTIF ASWAJA

Beberapa bulan yang lalu, saya mencetak buku atau kitab yang sangat penting untuk kita cetak, kita baca, kita telaah, kita kaji dengan berharap bermanfaat bagi saya. 

Syarah al-Aqaid al-Nasafiyah, karya Syekh Al-Imam Najmuddin Umar bin Muhammad al-Nasafi rahimahullahu ta'ala. Kitab yang berisi amalan kaum Nahdliyin yang notabene berpaham Ahlussunnah waljamaah. 

Langsung saja, saya belum bisa membaca kitab atau buku secara teratur dan kemudian, kebiasaan saya hanya membaca apa yang ingin saya baca. Seperti kalau Idul Adha, maka saya baca buku yang isinya berkaitan dengan  idul Adha, sholat ied dll. Tatkla bulan puasa, pasti saya baca buku yang berkaitan dengan puasa, bagaimana puasa kita agar diterima oleh Allah, bagaimana kita menyambut puasa dll. 

Nah, karena sekarang ini sedang viral di media massa, saya coba buka kitab ini dan tertujulah pada halaman 402 terkait manjilah, kedudukan atau pangkat Ahlul Bait Nabi Muhmmad shallallahu alaihi wasallam. 

Saya tulis ulang redaksi aslinya sebagai berikut:
ويجب توقير آل بيت النبي صلى الله عليه وسلم واحترامهم والترضي عليهم، ولا يجوز ذكرهم الا بخير. 

وآل البيت : هم ازواج النبي صلى الله عليه وسلم، واقاربه وذريته. فيدخل فيهم خديجة وعائشة وفاطمة، وحمزة والعباس وعلي، والحسن والحسين. 
والدليل على أن أزواج النبي صلى الله عليه وسلم منهم قوله تعالى: ينساء النبي لستن گأحد من النساء (الاحزاب ٣٢) ثم قوله بعدها : (إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا. (الاحزاب ٣٣).

Artinya: WAJIB mengangungkan, memuliakan dan ber- taradhi (berucap radhiyallahu anhu /semoga Allah meridhoinya) kepada keluarga (Alu Bait Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam), dan TIDAK BOLEH menyebut-nyebut mereka kecuali menyebut kebaikannya. 

Keluarga Nabi mereka adalah ¹. Semua istri-istri Nabi Muhammad, ². Sanak famili (kerabat) Nabi Muhammad. ³. Dan para dzurriyah (keturunan) Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. 

Maka masuk dalam kategori ahlul bait /Alul Bait adalah Sayyidah Khadijah radhiyallahu anha, Sayyidah 'Aisyah radhiyallahu anha, Sayyidah Fatimah radhiyallahu anha, Sayyidina Hamzah radhiyallahu anhu, Sayyidina al-Abbas radhiyallahu anhu, Sayyidina Ali radhiyallahu anhu, Sayyidina al-Hasan radhiyallahu anhu dan Sayyidina al-Husain radhiyallahu anhu. 

Kiranya sudah jelas dengan sejelas-jelasnya bahwa kita wajib menghormati Ahli Bait Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Para ahlil Bait Nabi itulah yang diumpakan dengan perahu Nabi Nuh Alaihissalam. Kalau pengen selamat masuklah dalam rombongannya. InsyaAllah. Semua ahlul bait, baik dari jalur Sayyidina Hasan radhiyallahu anhu maupun dari Sayyidina Husain radhiyallahu anhu, baik bergelar Syarif, bergelar Habib, atau bergelar Sayyid. Kita sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan yang tidak bernasab pada nasabnya beliau-beliau, mari jaga adab kepada beliau-beliau. Semoga kita mendapatkan keberkahan dunia akherat. Aamiin. 

Alfaqir, Rohmatullah Asmuni, ikhwan Tijaniyah.

FENOMENA USTADZ DADAKAN


Sekarang kita hidup di era yang serba mesin, belanja, makanan, minuman, pakaian juga bisa di pesan via HP sembari tiduran. Bahkan tidak ketinggalan kita pun bisa mendengarkan pengajian keislaman via internet. 

Karena sudah jamannya, kita tidak bisa mundur ke jaman dahulu yang tanpa alat komunikasi, HP, internet dll. Tapi sikap kita bagaimana alat-alat tersebut menjadi wasilah untuk melakukan kebaikan dan menyebarkannya, kita yang memegang kendali bukan dikendalikannya. 

Salah satu dampak negatif adanya youtube wa akhowatuha, banyak sekali kita jumpai dai-dai dadakan, ustadz dadakan yang tak memiliki latar belakang pendidikan keagamaan dan pesantren.

Akhir-akhir ini sangat memprihatinkan sekali, ketika bukan seorang dokter kemudian membuka praktek kedokteran, menerima pasien dan mencoba mengobatinya. Bisa dibayangkan, apa yang terjadi selanjutnya bisa hal itu terjadi. 

Orang yang tidak memiliki kemampuan menjadi pilot pesawat, jangan mencoba memberanikan diri untuk membawa pesawat pesawat bersama penumpangnya kalau ingin tidak tamat riwayatnya. 
Begitu juga dalam hal keagamaan, keilmuan dll. Kalau bukan mufti, bukan ahli tafsir, bukan ahli fikih jangan kemudian tampil sebagai ahli fatwa, menjawab pelbagai pertanyaan hukum keislaman, padahal secuil dirinya tak memiliki kapasitas tersebut. 

Untuk permasalahan dan problematika yang berkaitan dengan hukum keislaman kembalikan pada yang berhak, yaitu ulama. Di mana ulama memiliki rantai keilmuan yang sambung menyambung dari gurunya sampai pada pembara risalah keislaman, Baginda Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam. 
Sebab, ketika orang bodoh memberikan diri memberikan fatwa akan sebuah hukum, pasti yang terjadi adalah kesalahan dan berakhir batal. Hal ini jauh-jauh sudah diingatkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam: Dari Sayyidina Abi Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِب وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ» ، قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ:الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Akan datang ke pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan, saat itu pendusta dibenarkan, orang yang benar justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang dipercaya justru dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah berbicara.” Ditanyakan: “Apakah Ar-Ruwaibidhah?” Beliau bersabda : “Seorang laki-laki yang bodoh (Ar Rajul At Taafih) tetapi sok mengurusi urusan orang banyak.” (HR. Ibnu Majah No. 4036. Ahmad No. 7912.).
Maka penting untuk sadar dan menyadari kapasitas dirinya. Kalau bukan seorang ulama, jangan berlagak ulama. Berat hisabnya kelak ketika anda yang bukan ahli fatwa, bukan ahli fikih, bukan ahli tafsir mengeluarkan fatwa dengan sekareppah dhibi' (dengan serampangan), ingat ancaman adalah neraka, -semoga kita dijaga Allah subhanahu wata'ala-. 

Jika anda ingin membicarakan tentang hukum, terlebih dahulu ikuti alurnya, yaitu belajar, mengaji, mencari ilmu lewat guru bukan lewat buku apalagi youtube dan copy paste. Seperti anak kecil yang baru merangkak tidak bisa dipaksakan berjalan kaki. Begitu juga dalam tahapan mencari ilmu, butuh proses yang panjang bahkan sampai mati wajib mencari ilmu.

Jabar: 24, Juli, 2022.

PENDIDIKAN MILENIAL ERA PANDEMI


Yang pada intinya, pendidikan kita di Indonesia diakui atau tidak kita dipaksa untuk mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan kualitas dan esensi sebuah pendidikan. 

Di tengah-tengah pandemi ini, tidak semua lembaga pendidikan mampu memaksimalkan kecanggihan industri 4.0 ini, dengan beragama alasan dan kendala yang bisa diterima. Dalam artian kita belum siap 💯 % menghadapi perkembangan jaman milenial industri 4.0. 

Kalau kita mau mengambil hikmah dari adanya pandemi ini, peserta didik, anak didik bisa melaksanakan pendidikan meski tidak harus di bangku pendidikan, tapi dengan cara belajar pada keluarga, pada ayah dan ibunya bahkan juga pada lingkungan. 

Kalau mau jujur, madrasah dan sekolah tidak memberikan 💯% ruh pendidikan, tapi pendidikan yang sangat melekat dari anak adalah pendidikan yang didapatinya dari lingkungan dan rumahnya. 

Di sinilah, peran sentral orang tua diharapakan hadir memberikan pendidikan nyata pada anak-anaknya. 

Diakui atau tidak, ketika pendidikan mulai ditinggalkan, ilmu agama mulai ditanggalkan, disitulah kebodohan akan menguasai jiwa manusia. Ketika kebodohan berbicara ilmu, disitu sebenarnya tanda kiamat terjadi, sebagaimana yang telah diwanti-wanti Kanjeng Nabi Muhammad Saw:

حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مَيْسَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا

Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan dan diminumnya khamer serta praktek perzinahan secara terang-terangan.


__________
#alquran #hadits #walisongo #ulamasufi #ulama #nahdlatululama #zikir #alasantri #santri #barokah #sufisme #sholawatfatih #ulamaindonesia #santriputri #akhlakmulia #santrimilenial #pecintasholawat #santriindonesia #indonesiaviral #damaiindonesiaku #tarekattijaniyah #pesantren #sholawatnabi #attijani #ahlusunnahwaljamaah #maulidnabi #harisantrinasional #menjelangtahunbaru

HATI-HATI PADA ULAMA


Di rumah ada salah satu kitab penting yang perlu menjadi pedoman bagi umat Islam wabil khusus bagi para ahli Al-Qur'an, yaitu mereka yang dianugerahi oleh Allah subhanahu wata'ala hafalan Al-Qur'an, atau mereka yang diberikan kesempatan belajar dan mengajar Al-Qur'an. 

Kitab itu, ditulis oleh salah satu Imam Besar dalam yang bermazhab Syafiyah, ulama panutan yang namanya sangat terkenal dan menjadi rujukan umat, bahkan kaum wahabi sekalipun menjadikan beliau sebagai rujukannya, walaupun dalam posisi yang sama, mereka wahabi anti paham Asya'irah yang dalam akidah dianut oleh penulis kitab ini, yaitu al-Imam al-Hafiz Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi, yang populer dengan sebutan Imam Nawawi. 

Kitab yang beliau beri nama "Al-Tibyan fi Adabi Hamalati Al-Qur'an, pada bab ke tiga yang menjelaskan tentang Fi Ikrami Ahli Al-Qur'an wal Nahyi 'An Adzahum" kurang lebih kalau diterjemahkan adalah sebagai berikut: Bab tiga menjelaskan tentang memuliakan Ahli Al-Qur'an dan Larangan menyakitinya. 

Kebetulan saya buka-buka lembaran demi lembaran, dan akhirnya mata tertuju penuh pada halaman 15, di mana penulisnya, Imam Nawawi mengutip pendapat salah satu ulama yang bernama al-Imam al-Hafiz Abul Qasim bin Asakir

اعلم يا أخي وفقنا الله وإياك لمرضاته، وجعلنا ممن يخشاه ويتقيه حق تقاته، أن لحوم العلماء مسمومة، وعادة الله في هتك أستار منتقصيهم معلومة، فإن من أطلق لسانه في العلماء بالثلب، ابتلاه الله تعالى قبل موته بموت القلب، 
"فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ"

Ketahuilah wahai saudaraku -Semoga Allah memberikan taufik dan ridhonya pada kita dan menjadikan orang yang bertakwa yang sebenar-benarnya takwa-  bahwasanya daging ulama beracun. Sunnatullah pasti terjadi pada orang yang merendahkan ulama. Karena sesungguhnya orang yang lisannya digunakan untuk mencerca, menggunjing, merendahkan ulama maka Allah berikan cobaan sebelum mati dengan dimatikan hatinya. 
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih" QS: Annur : 63).

Tatkala hati seseorang mati meski raganya hidup, ia tidak dapat menerima kebaikan dari siapa pun dan dari manapun. Tatkala hati mati, kebaikan sebesar apapun di depan mata, tak akan terdorong untuk melakukannya. Tatkala hati mati, kebaikan apapun, nasehat apapun yang semerbak mewangi, hidungnya tak dapat mencium harumnya wangi. 

Maka, hati-hatilah dengan ulama, apalagi dengan ulama yang sekaligus dari keturunan kanjeng Nagi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. 
Jaga lisan kita, jaga tangan kita, dan jaga media sosial kita dari meremehkan dan merendahkan ulama. Boleh pembaca tidak setuju dengan pendapat ulama, tapi tidak boleh anda membencinya. Boleh anda tidak sependapat dengan pendapat ulama, tapi anda tidak boleh mengomentari buruk ulama. Boleh anda tidak mengikuti pendapatnya, tapi tidak boleh anda mencaci maki padanya. 

Sekian apa yang bisa saya tulis dengan berburu-buru karena sebentar lagi akan pergi ke Masjid guna melaksanakan sholat jumat berjamaah. Bagi yang mengaku lelaki, ditunggu di masjid guna menjemput kebaikan dari Allah SWT. 

Jumat: 28-07-2023
Rohmatullah Asmuni

𝘼𝘿𝘼𝘽 𝙆𝙀𝙋𝘼𝘿𝘼 𝘼𝘽𝙉𝘼'𝙐𝙎 𝙎𝙔𝘼𝙄𝙆𝙃 𝙎𝘼𝙔𝙔𝙄𝘿 𝘼𝙃𝙈𝘼𝘿 𝘼𝙏-𝙏𝙄𝙅𝘼𝙉𝙄

Pesan Guru kita 
𝘚𝘢𝘺𝘺𝘪𝘥 𝘔𝘶𝘩𝘢𝘮𝘮𝘢𝘥 𝘈𝘭-𝘏𝘢𝘣𝘪𝘣 𝘈𝘭-𝘑𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯𝘪 𝘈𝘭 𝘔𝘢𝘨𝘩𝘳𝘪𝘣𝘪


" Yang harus anda tahu  bahwa mereka para 𝘴𝘺𝘶𝘳𝘢𝘧𝘢' 𝘥𝘻𝘶𝘳𝘪𝘺𝘢𝘩 𝘚𝘺𝘢𝘪𝘬𝘩 𝘚𝘢𝘺𝘺𝘪𝘥 𝘈𝘩𝘮𝘢𝘥 𝘢𝘵- 𝘵𝘪𝘫𝘢𝘯𝘪 maqomnya sangat luhur dan agung, untuk itu wajib bagi kita menjaga tatakrama dan adab, baik adab dzahir atau batin kepada beliau-beliau.

Orang tua kami adalah suri tauladan kami dalam urusan adab dan ihtirom kepada para 𝘴𝘺𝘶𝘳𝘢𝘧𝘢', beliau 𝘈𝘓- 𝘈𝘓𝘓𝘈𝘔𝘈𝘛𝘜𝘓 𝘍𝘈𝘘𝘐𝘏 𝘚𝘐𝘋𝘐 𝘉𝘈𝘓-𝘏𝘈𝘚𝘈𝘕 𝘈𝘓-𝘑𝘈𝘒𝘒𝘈𝘕𝘐 menunduk tidak berani mengangkat kepala ketika duduk dihadapan seorang syarif tijani yakni 𝘥𝘻𝘶𝘳𝘳𝘪𝘺𝘢𝘩 𝘚𝘺𝘢𝘪𝘬𝘩 𝘈𝘩𝘮𝘢𝘥 𝘢𝘵-𝘛𝘪𝘫𝘢𝘯𝘪 yang masih umurnya 8 bulan, yang  masih belum tahu siapa-siapa yang ada disekelilingnya. 

Beliau menunjukkan tauladan, agar kita faham akan pentingnya tatakrama dan adab kepada 𝘴𝘺𝘶𝘳𝘢𝘧𝘢' karena ketinggian 𝘮𝘢𝘲𝘰𝘮 beliau-beliau.

ini contoh ketauladanan dari beliau bagaimana beliau sangat berhati-hati dalam masalah adab, inikepada Syarif kecil Terlebih kepada yang telah mencapai usia dewasa (𝘒𝘢𝘣𝘪𝘳𝘶𝘩𝘶𝘮 𝘸𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘣𝘢𝘳).



Ditulis oleh Abdul Muiz Bin Mustofa  Lc. M.Pd 
saat mengabdi kepada beliau dikediaman Abuya Habib Jakfar bin Ali Baharun sekitar tahun 2018

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...