Awal Pahit Tangga
Kesuksesan
Tanggal 10/12/12 acara seminar perdana di Matrikulasi STEI Tazkia,
Alhamdulillah berjalan lancar. Buku ” 7 MAGNET KEMENANGAN” yang ditulis oleh
Ahmad Alam, yang menjadi narasumber acara seminar yang diadakan oleh Mahasiswa
Matrikulasi STEI tazkia, juga menjadi topik utama seminar. Malam itu merupakan
seminar perdana Matrikulasi yang belum pernah diadakan seminar
sebelum-sebelumnya di Matrikulasi. Biasanya seminar hanya digelar di kampus utama,
Masjid Andalusia, Sentul City. Seminar perdana ini mampu membuat mahasiswa
termotivasi untuk selalu bangkit dari kegagalan menuju kesuksesan yang
didambakan setiap orang yang berpikir positif.
Hidup adalah pilihan. Andalah aktor utama yang menentukan masa
depan Anda, bukan keluarga dan orang lain.
Sebesar apa pun dukungan keluarga
dan orang lain, bila Anda hanya berdiam diri tak ada aksi dan reaksi nyata,
mustahil Anda akan berhasil, karena di dunia tak ada kesuksesan yang datangnya
secara tiba-tiba. Di memory pikiran kita masih hangat terekam tragedi
“kemerdekaan Indonesia” yang berawal dari pahitnya perjuangan membasmi dan
melenyepkan para penjajah dari tanah Indonesia demi sebuah kemerdekaan. Konon,
Imam besar, Syaikh Zakaria Al-Anshory, penulis buku “tuhfatul thullab”, yang
karyanya dibuat rujukan para penuntut ilmu di seantoro dunia, lebih-lebih di
Indonesia, dalam perjuangannya mencari ilmu, beliau tiap hari memakan kulit
semangka sisa orang lain selama tiga tahun. Tapi semangat beliau tak pernah
pudar dan rapuh bagaikan mata air yang selalu mengalir. Terbukti beliau menjadi
seorang Alim Allamah yang disegani pada masanya, menjadi referensi utama oleh
Ulama lainnya untuk berdiskusi, bertukar
pendapat dan mengkaji ilmu, karena kealimannya, dan beliau banyak menulis
banyak karya populer yang masih abadi hingga saat ini, baik dari buku-buku
fiqih, tauhid dan lain-lainnya.
Bagaimana dengan kita yang hidup serba ada, sarana dan prasarana
ada di depan kita dan serba mewah. Makan serba enak. Tidur serba empuk. Ilmu pengetahuan
mudah diakses. Akankah kita hanya menunggu kesuksesan datang dengan sendirinya,
sementara kemalasan menjadi menu makanan empuk yang tiada taranya?. Dan
semangat juang aktifitas positif hanya terpampang mengambang di alam pikiran
tanpa adanya implementasi dan aksi. Bukankah setelah kesengsaraan pasti ada
kemudahan!. Maka tak heran ada ungkapan “tidak semua orang mau dan mampu
membeli dunia ini dengan perjuangan”. Menjadi pribadi sukses harus siap
mengambil resiko dan pantang menyerah walau badai rintangan menghantam ombak
kehidupan. Pasti semua orang ingin sukses, tetapi tidak semua orang siap dan
mampu berjalan di jalan yang ditempuh oleh orang-orang sukses. Ingatkah kata DR
Aidh Al-Qarny, jadilah insan yang sukses, yaitu kesuksesan bila Allah SWT ridho
terhadap seseorang hamba, dia ridho terhadap dirinya sendiri, serta dia mampu
memberikan manfaat dan pengaruh positif di dalam kehidupan. Standart kesuksesan tidak mesti berwujud material,
apalagi diperoleh dengan cara yang tidak halal. Tetapi kesuksesan dan
kebahagian seseorang dapat diukur, bila
jiwa dan hatinya seia dan sekata dalam keridhoan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar