Rabu, 31 Juli 2013

Memperbanyak Aktifitas Positif Memperkaya Kesuksesan

Oleh : Rohmatullah Asmuni
 Judul diatas dinukil dari sebuah kaidah fiqhiyah yang berbunyi; ma aktsara fi’lan aktsara fadlan. Tanpa kita ragukan yang paling banyak beraktifitas baik dialah yang paling menuai keutamaan. Bukankah ketika kita memperbanyak sedekah -yang merupakan hal positif bahkan terpuji- akan banyak pula keutamaan pahala yang kita peroleh.
 Lebih banyak pahala mana melaksanakan sholat duha dua rakaat dengan sholat duha empat rakaat? So, pasti dengan spontan kita jawab, jelas sholat duha yang dikerjakan dengan empat rakaat.
 Nah berangkat dari kesadaran kaidah diatas, NALA (Nahdlatul Lughah Arabiyah) memperkaya variasi aktifitas yang bermanfaat untuk kemajuan dalam bahasa Arab. NALA mencoba untuk memberikan hal yang terbaik untuk siapa saja yang sungguh-sungguh tergugah dibenak hatinya memperkaya kosa kata bahasa Arab serta keingin kuat untuk menguasai bahasa surga tersebut. NALA dengan niatan sucinya (ingin membudayakan bahasa surga di bumi matrikulasi) menghadirkan ditengah-tengah bumi matrikulasi beragam gerakan positif, seperti 15 titik mufradat atau kosa kata bahasa Arab yang dapat kita baca disetiap sudut 15 titik tersebut, dari kosa kata yang berkaitan dengan aktifitas yang langka sampai dengan aktifitas sehari-hari, seperti di kelas, masjid, dapur, kantin dan lain-lain. Ada pula gerakan NALA ONAIR yang sudah berjalan baik sesuai apa yang diharapkan oleh NALA itu sendiri. Dan tak kalah baiknya lagi NALA memberanikan dirinya untuk membuat video bahasa Arab –yang masih dalam proses- dengan maksud yang sama, yakni membudayakan baha Arab.
 Sebuah organisasi yang hebat adalah organisasi yang mampu untuk memberikan yang terbaik bagi anggotanya dan masyarakat umumnya. Setiap organisasi butuh perjuangan yang dapat mengalahkan kepentingan pribadinya. Teringat pada kata seorang motivator; hidup adalah pilihan. Kehidupan dunia adalah kita sendiri yang mewarnainya bukan tangan orang lain. Sebesar apapun dorongan orang lain untuk kita bangkit, mustahil kita akan berhasil menuai kesuksesan bila rasa ambisi kesungguhan tiada didalam benak kita. Maka tak salah apa yang dikumandangkan kaidah tadi. Siapa yang banyak beramal, berorganisasi, bersosialisasi atau beraktifitas baik lainnya, dialah yang akan menuai keutamaan atau bahasa lainnya adalah kesuksesan.
 Syaikh Ramadhan Al-Mishry di salah satu kultumnya di Masjid Raya Bogor mengatakan; kesuksesan di dunia hanya bersifat sementara dan pasti ada waktu akhirnya. Tetapi kesuksesan abadi adalah kesuksesan yang digapai seorang mukmin saat dalam sholatnya khusyu’, menjauhi hal yang sia-sia, menunaikan kewajibannya (zakat) dan menjaga kehormatannya (kemaluannya). Maka sepantasnyalah kita bersyukur, menjadi pribadi muslim mukmin yang berusaha ingin menjadi orang yang sukses, bukan hanya sukses di dunia saja, tapi sukses di akhirat yang merupakan tujuan utama dari kehidupan dunia fana ini. Salah satu Ulama di Jawa Timur, Habib Taufiq As-Segaf menyatakan; sebesar  apapun gelar kita, sarjana, bupati, pejabat, guru dan lainnya, tak akan ada nilainya di sisi Allah bila tidak ada ketakwaan dalam hati, karena Inna Akramakum Indallah Atqakum (sesungguhnya diantara kalian yang paling mulia di sisi Allah adalah dialah yang paling takwa). Fir’un adalah seorang raja yang dipatuhi oleh rakyatnya, tetapi dia tidak ada nilainya di sisi Allah karena tidak ada keimanan dan ketakwaan di hatinya, bahkan karena kesombongannya itulah yang membuat dirinya gengsi menyadari bahwa -sebenarnya- dirinya adalah manusia biasa, yang banyak kekurangan dan kesalahan. Korun juga dia adalah orang yang punya kekayaan melimpah ruah, bahkan saking kayanya kunci gudangnya, jikalau hanya diangkat oleh 70 orang yang paling kuat masih belum bisa teratasi. Kedua ilustrasi tadi menjelaskan secara valid pada kita, bahwa apa pun yang kita bangga-banggakan pada akhirnya tidak akan bernilai lebih disisiNya, jikalau dalam hati tak ada cahaya keimanan dan ketakwaan yang mapan. Bukankah keduanya punya kedudukan dan pangkat yang hebat di dunia?. Tapi karena tidak ada ketakwaan  itulah yang berujung kenestapaan dan kehancuran abadi.
 Namun beda dengan kita, di sini kita dapat semaksimal mungkin berinvestasi akhirat lebih banyak lagi dengan menabung kebaikan-kebaikan yang terpatri tulus dari hati kita, kalau pun ada unsur terpaksa, tapi semakin lama akan menjadi biasa yang pada akhirnya keikhlasan datang bersama kita. Banyak pintu terbuka lebar untuk menuai pahala dan jalan kesuksesan yang abadi -yang merupakan akhir dari tujuan hidup ini- bagi kita, umat Muhammad yang berpredikat khairunn naas anfa’uhum lin naas (manusia yang paling baik dialah yang bermanfaat bagi yang lain). Maka tak heran jikalau ada dari salah satu motivator yang menegaskan pada kita; janganlah mencari kesuksesan , tapi jadilah seorang pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, maka kesuksesan akan menyertaimu. Untuk menjadi investor akhirat ternyata gratis, tidak dipungut biaya sekecil apapun.
 Sholat, zakat, puasa, dan amalan-amalan ibadah sunnah lainnya yang kita aplikasikan tanpa harus membayar uang terlebih dahulu, bahkan kita dapat pahala yang tidak kasat mata yang akan dirasakan nanti di singgasana megah kebiruan yang disekelilingi sungai haud yang disediakan khusus penghuninya. Hanya dengan sedikit meminum air sungai haud tersebut, dengan izin Allah tidak akan merasakan haus setelahnya.


 Padahalnya ketika mau berbuat kejelekan, kadang harus mengorbankan diri dan uang. Mau ke tempat hiburan yang haram, ya harus bayar uang dan pasti dapat siksaan kelak di akhirat. Akan dibawa ke mana diri kita, kitalah yang menentukan dan bukan orang lain. Sekali lagi hidup adalah pilihan. Siapa yang banyak menanam pohon kebaikan dialah yang akan memetik buah dari pohon kebaikan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...