Judul diatas dinukil dari sebuah kaidah
fiqhiyah yang berbunyi; ma aktsara fi’lan aktsara fadlan. Tanpa kita
ragukan yang paling banyak beraktifitas baik dialah yang paling menuai
keutamaan. Bukankah ketika kita memperbanyak sedekah -yang merupakan hal
positif bahkan terpuji- akan banyak pula keutamaan pahala yang kita peroleh.
Lebih banyak pahala mana melaksanakan sholat duha dua rakaat dengan sholat duha
empat rakaat? So, pasti dengan spontan kita jawab, jelas sholat duha yang
dikerjakan dengan empat rakaat.
Nah berangkat dari kesadaran kaidah diatas,
NALA (Nahdlatul Lughah Arabiyah) memperkaya variasi aktifitas yang bermanfaat
untuk kemajuan dalam bahasa Arab. NALA mencoba untuk memberikan hal yang
terbaik untuk siapa saja yang sungguh-sungguh tergugah dibenak hatinya
memperkaya kosa kata bahasa Arab serta keingin kuat untuk menguasai bahasa surga
tersebut. NALA dengan niatan sucinya (ingin membudayakan bahasa surga di bumi
matrikulasi) menghadirkan ditengah-tengah bumi matrikulasi beragam gerakan
positif, seperti 15 titik mufradat atau kosa kata bahasa Arab yang dapat kita baca
disetiap sudut 15 titik tersebut, dari kosa kata yang berkaitan dengan
aktifitas yang langka sampai dengan aktifitas sehari-hari, seperti di kelas,
masjid, dapur, kantin dan lain-lain. Ada pula gerakan NALA ONAIR yang sudah
berjalan baik sesuai apa yang diharapkan oleh NALA itu sendiri. Dan tak kalah
baiknya lagi NALA memberanikan dirinya untuk membuat video bahasa Arab –yang
masih dalam proses- dengan maksud yang sama, yakni membudayakan baha Arab.
Sebuah organisasi yang hebat adalah organisasi
yang mampu untuk memberikan yang terbaik bagi anggotanya dan masyarakat
umumnya. Setiap organisasi butuh perjuangan yang dapat mengalahkan kepentingan
pribadinya. Teringat pada kata seorang motivator; hidup adalah pilihan.
Kehidupan dunia adalah kita sendiri yang mewarnainya bukan tangan orang lain.
Sebesar apapun dorongan orang lain untuk kita bangkit, mustahil kita akan berhasil
menuai kesuksesan bila rasa ambisi kesungguhan tiada didalam benak kita. Maka
tak salah apa yang dikumandangkan kaidah tadi. Siapa yang banyak beramal,
berorganisasi, bersosialisasi atau beraktifitas baik lainnya, dialah yang akan
menuai keutamaan atau bahasa lainnya adalah kesuksesan.
Syaikh Ramadhan Al-Mishry di salah satu
kultumnya di Masjid Raya Bogor mengatakan; kesuksesan di dunia hanya bersifat
sementara dan pasti ada waktu akhirnya. Tetapi kesuksesan abadi adalah kesuksesan
yang digapai seorang mukmin saat dalam sholatnya khusyu’, menjauhi hal yang
sia-sia, menunaikan kewajibannya (zakat) dan menjaga kehormatannya
(kemaluannya). Maka sepantasnyalah kita bersyukur, menjadi pribadi muslim
mukmin yang berusaha ingin menjadi orang yang sukses, bukan hanya sukses di
dunia saja, tapi sukses di akhirat yang merupakan tujuan utama dari kehidupan
dunia fana ini. Salah satu Ulama di Jawa Timur, Habib Taufiq As-Segaf
menyatakan; sebesar apapun gelar kita,
sarjana, bupati, pejabat, guru dan lainnya, tak akan ada nilainya di sisi Allah
bila tidak ada ketakwaan dalam hati, karena Inna Akramakum Indallah Atqakum
(sesungguhnya diantara kalian yang paling mulia di sisi Allah adalah dialah
yang paling takwa). Fir’un adalah seorang raja yang dipatuhi oleh rakyatnya,
tetapi dia tidak ada nilainya di sisi Allah karena tidak ada keimanan dan
ketakwaan di hatinya, bahkan karena kesombongannya itulah yang membuat dirinya
gengsi menyadari bahwa -sebenarnya- dirinya adalah manusia biasa, yang banyak
kekurangan dan kesalahan. Korun juga dia adalah orang yang punya kekayaan
melimpah ruah, bahkan saking kayanya kunci gudangnya, jikalau hanya diangkat
oleh 70 orang yang paling kuat masih belum bisa teratasi. Kedua ilustrasi tadi
menjelaskan secara valid pada kita, bahwa apa pun yang kita bangga-banggakan
pada akhirnya tidak akan bernilai lebih disisiNya, jikalau dalam hati tak ada
cahaya keimanan dan ketakwaan yang mapan. Bukankah keduanya punya kedudukan dan
pangkat yang hebat di dunia?. Tapi karena tidak ada ketakwaan itulah yang berujung kenestapaan dan
kehancuran abadi.
Namun beda dengan kita, di sini kita dapat
semaksimal mungkin berinvestasi akhirat lebih banyak lagi dengan menabung
kebaikan-kebaikan yang terpatri tulus dari hati kita, kalau pun ada unsur
terpaksa, tapi semakin lama akan menjadi biasa yang pada akhirnya keikhlasan
datang bersama kita. Banyak pintu terbuka lebar untuk menuai pahala dan jalan
kesuksesan yang abadi -yang merupakan akhir dari tujuan hidup ini- bagi kita,
umat Muhammad yang berpredikat khairunn naas anfa’uhum lin naas (manusia
yang paling baik dialah yang bermanfaat bagi yang lain). Maka tak heran jikalau
ada dari salah satu motivator yang menegaskan pada kita; janganlah mencari
kesuksesan , tapi jadilah seorang pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, maka
kesuksesan akan menyertaimu. Untuk menjadi investor akhirat ternyata gratis,
tidak dipungut biaya sekecil apapun.
Sholat, zakat, puasa, dan amalan-amalan ibadah
sunnah lainnya yang kita aplikasikan tanpa harus membayar uang terlebih dahulu,
bahkan kita dapat pahala yang tidak kasat mata yang akan dirasakan nanti di
singgasana megah kebiruan yang disekelilingi sungai haud yang disediakan khusus
penghuninya. Hanya dengan sedikit meminum air sungai haud tersebut, dengan izin
Allah tidak akan merasakan haus setelahnya.
Padahalnya ketika mau berbuat kejelekan,
kadang harus mengorbankan diri dan uang. Mau ke tempat hiburan yang haram, ya
harus bayar uang dan pasti dapat siksaan kelak di akhirat. Akan dibawa ke mana
diri kita, kitalah yang menentukan dan bukan orang lain. Sekali lagi hidup
adalah pilihan. Siapa yang banyak menanam pohon kebaikan dialah yang akan
memetik buah dari pohon kebaikan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar