Tanggal 17 syawal
1434 H atau 15 agustus 2013, aku pergi ziarah kubur dengan membaca sebagian surat
al-Qur’an. Dan aku bertafakur sejenak, ku pandang kuburan kakek dan nenek
dengan mata penuh arti. Ku pandang dengan hati berbicara, dulu beliau masih
bersamaku, membimbingku, dan kadang memarahi aku karena ulahku yang salah. Dan
sekarang berteman dengan amal yang akan meneranginya. Kita semua pasti akan
merasakan sebuah kematian yang kita tidak tahu kapan datangnya. Tak ada
seorangnya yang akan kekal di duia fana ini, semuanya akan binasa, semuanya
akan mengalami kematian, semuanya akan meninggalkan apa-apa yang dimilikinya,
semuanya akan ditinggalkan dan tidak ada yang menemaninya kecuali amal baik
yang akan terus menemaninya. Kawan, bukankah asal muasal kita dalah tanah dan
kepada tanah itu juga kita akan dikembalikan, dengan artian kita adalah milik
Allah dan kepa-Nyalah akan kembalinya.
Maka sungguh
beruntung orang-orang yang telah mendahului kita, bila masih ada anak
keturunannya yang mendoakannya, menziarahi kuburannya, karena eksistensi
kematian adalah kehidupan, yakni orang yang meninggal dunia tahu gerak-gerik
yang kelurganya kerjakan: baik atau jeleknya, manfaat atau mudaratnya. Pernah
disuatu saat Sayyidina Ali RA, sahabat Nabi menziarahi kuburan sahabat yang
lain, beliau menuturkan apa yang terjadi pada keluarga ahli kubur yang masih
hidup, dan beliau menanyakan perihal kejadian apa yang dialami dalam kuburan.
Kawan, ada saat, dimana apa yang kita cintai tidak akan menyertai kita, istri,
suami, anak keturunan dan sahabat semuanya akan meninggalkan kita sendirian
dalam alam kubur, tidak ada yang abadi
mengintai dan mengikuti kita selamanya selain Allah SWT yang maha segalanya.
Kawan, setiap
jiwa akan merasakan kematian. Kematian tidak akan lari dari kita walau kita
mencoba untuk lari. Kematian telah ditentukan dan dirahasiakan Allah SWT dan
kematian tidak akan mundur dan maju dari ketetapan yang Allah tentukan. Tetapi
tak jarang dari kita melupakan kematian, lupa untuk berbenah diri menuju Allah
SWT, itulah kelemahan manusia, menganggap hidup adalah segalanya, padahal
kehidupan ada kehidupan yang abadi yaitu kehidupan setelah kematian.
Semua apa yang
kita perbuat selama hidup di dunia fana ini akan dipertanggung jawabkan dan
akan ditanya oleh Allah SWT. Mulut kita tidak diberi peluang dan kesempatan
untuk berbicara dan menjawab apa-apa yang kita kerjakan di dunia, tetapi
sekujur badan kita, tangan, telinga, mata, kaki dan anggota badan lainnya yang
dengan tegas menjawab apa yang fisik kita kerjakan.
Oleh karenanya,
kita sebagai hamba Allah harus ingat, bahwa kita akan meningganlkan dunia fana
ini dan akan berjumpa dengan Allah rabbul Alamin. Makanya kita butuh bekal
berjumpa dengan Allah, yaitu bekal amal baik yang kita kerjakan dan ketakwaan
yang ada pada diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar