Selasa, 27 Oktober 2015

HMI MENJADI DIRI SENDIRI

Tadi malam penulis bersama Abdul Hamid, Taufik Nugroho, Joni Iskandar, Reza pergi ke GFC dekat kampus STEI Tazkia. Dari sebelum mahgrib kita ke sana menemui Bang Imam senior HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Kita di sana tidak sedang berkhotbah, bukan sedang bermain pula, namun kita di sana ngobrol mengalir begitu saja.

Di sana kita berbagi dan bertukar pemikiran diselingi canda kecil-kecilan yang menjadikan suasana santai namun penuh makna. Dalam artian obrolan di sana tidak sebatas obrolan kering makna. Ya obrolan kita dibumbui oleh diskusi ringan dan bersahabat.

Karena kita adalah para kader HMI yang kini sudah berumur tua sejak didirikannya HMI tahun 1947, dua tahun pasca kemerdekaan. Di HMI kita tidak diajarkan saling membenci, menghujat apalagi sampai fanatik buta. Kajian-kajian HMI mestinya tidak melulu didesain dengan acara-acara formal, namun ngobrol bareng pun bisa menjadikan sebuah diskusi ilmiah sebagai pembeda dari sekedar obrolan hampa makna.

Kita tidak harus memperkenalkan HMI kepada non HMI dengan menokohkan senior HMI yang sudah sukses di bidang masing-masing. Kita sebagai kader mestinya memperkenalkan HMI dengan potensi yang dimiliki kader, mengembangkannya dan memberikannya kepada orang lain. Maka dengan sendirinya orang lain akan menilai potensi HMI dengan potensi yang ada pada kader.

Benar apa yang pernah diucapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu : Pemuda sejati dia tidak mengandalkan kehebatan orang tuanya, namun dia dengan lantang mengatakan inilah aku bukan inilah orang tuaku. Di sini, di HMI kita tidak sewajarnya membangga-banggakan para senior HMI yang telah sukses, lalu kita mendeklarasikannya, bahwa HMI telah mencetak kader yang multi talenta sebagai promosi dan marketing HMI ke publik. HMI tidak butuh wajah seperti itu. Namun yang dibutuhkan HMI adalah proses kader dalam menjalankan visi dan misi HMI harus tersampaikan, menjadi kader yang benar-benar akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah Subhanhu Wata'ala. 

Sebagian kader kadang lupa bahwa HMI tidak akan bisa memberikan apa-apa jika para kadernya sendiri tidak bisa mengambil perannya sebagai kader dalam meningkatkan potensi-potensi yang ada pada diri kader. Solidaritas antar kader perlu ditingkatkan kembali, membangun image yang baik dan saling mengokohkan satu sama yang lain.

Sekali lagi, HMI tidak mengajarkan kecurigaan-kecurian antar golongan, ormas dan organisasi-organisasi apa pun. Malah di HMI kita belajar saling menghargai pendapat dan aspirasi orang lain. Oleh sebab itu, toleransi kader HMI tidak bisa diragukan lagi. HMI tidak menutup diri dari siapa pun, HMI terbuka dan tidak eksklusif.

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...