Sabtu, 14 November 2015

BEDAKAN DAKWAH DENGAN LELUCON

Menggeser "Subtansi Dakwah" ke area hiburan berakibat"Fatal". (Muslimedia News).
Pada dasarnya dakwah/mengajak umat manusia ke jalan yang terang benderang adalah tugas mulia. Sampai-sampai Allah sendiri menyinvgungnya dalam kitab suci umat Islam dengan nada perintah bukan nada beria (ikhbar).
Namun, jika perintah dakwah mengajak umat manusia mengenal ajaran agama Islam yang rahmatan lil alamiin dan yang memprioritas kesadaran moral manusia sebagaimana misi terutusnya Nabi Muhammad alaihi sholatullah wasalamuh hanya sebatas lahan hiburan dan lawakan menjauhkan diri dan subtansi dan esensi suci dakwah maka dakwah demikian belum dapat menyentuh qalbu dan hati umat.

Sebab pada hakikat dakwah adalah menyambung lidah misi baginda Nabi Muhammad. Dakwah beliau bukan oreintasi lawakan, tetapi murni mengajak umat mengenal Allah dan ajarannya.
Maka sangat relevans kalam hikmah yang berbunyi: apa yang keluar dari mulut hanya akan masuk ke telinga saja. Sementara apa yang keluar dari hati akan merasuk ke hati pula. Meski di era globalisasi ini, peran dakwah harus beradaptasi dengan zaman dan mengikuti perkembangannya. Namun jangan mupakan niat suci dakwah dan subtansi dakwah sendiri.

Kadang saya sendiri lebih nyaman mendengarkan dakwah seperti dakwahnya ust dan kiai kampung yang tak pernah lepas dari referensi kitab kuning yang nota bene merupakan racikan jadi Al-Qur'an dan Hadits. Sebab mereka mengupas tuntas sesuai dengan tema dan sub judul yang dibahas, tidak melayang-layang keluar dari pembahasan. Dan bagusnya lagi kalau ada pertanyaan yang belum bisa dijawab, tidak malu mengatakan: saya tidak bisa jawab, saya cari dulu referensinya. Sama seperti Imam Malik, saat disodorkan pertanyaa.-pertanyaan, tanpa gengsi dan malu akan kridebilitas dan kapasitas intelektual keilmuannya dinilai redup, beliau jawab: ana la adri( saya tidak tahu). Padahal sebenarnya beliau mampu menjawab pertanyaan tadi.

Sekarang, entah itu ustadz, dosen, atau orang baru yang diangkat jadi tokoh dengan seenaknya berfatwa serampangannya. Hingga yang terjadi adalah bukan mendamaikan dan menyamankan umat, malah bikin pusing umat, sebab berfatwa dengan fatwa yang sendirinya tidak faham. Mungkin mufti-mufti itu tidak sadar dengan salah satu hadits: orang paling berani berfatwa (serampangan) berarti berani masuk neraka. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...