Rabu, 18 November 2015

DI MANAKAH PAHAM KITA?


Pemuda dan pelajar silakan dia mengekspresikan dan mengadaptasikan ilmunya dengan tuntutan zaman. Jangan takut salah dalam mengekspresikan ilmu. Dulu, Imam Asy'ari pernah berguru kepada Tokoh Muktazilah selama 30 tahun lamanya. Darinya beliau mendapatkan ilmu rasionalitas yang gemilang. Tetapi saat beliau sadar, betapa ajaran muktazilah tidak sesuai dengan hati nuraninya, lalu beliaupun pindah kepada manhaj yang benar yaitu aswaja/Ahlus sunnah Waljama'ah. Sehingga saat beliau kembali kepada paham aswaja, paham aswaja menjadi kuat atas jasa beliau, sebab beliau memadukan antara logika, rasionalitas dan dalil naqli (Al-Qur'an dan Hadits).

Orang-orang liberal lebih dominan menggunakan dalil aqli/dalil rasionalitas, namun kering dan tidak mengambil dalil naqli dengan benar yang pada akhirnya berefek pendapatnya membingungkan dan ngawur, bahkan bisa dikatakan sesat. Sementara ada juga orang yang memahami dalil naqli sesuai teks begitu saja tanpa mengadaptasikan kontekstual dan asbabun nuzul, sehingga yang terjadi, kejumudan dalam memahami sumber hukum. 


Maka jalan tengah untuk bebas dari keduanya adalah paham aswaja yang memadukan dalil naqli dan dalil aqli. Dalil aqli dibutuhkan untuk menguatkan pencernaan rasio dalam memahami sumber hukum. Meski pada dasarnya dalam konsep paham aswaja akal bukan satu-satu alat menggali hukum, sebab akal hanya sebatas pembantu saja yang tidak menjadi otoritas dalam menggali sebuah hukum. Semoga kita tidak terjebak paham-paham yang liberal, paham tekstual dan semoga kita diberi cahaya pemahaman yang bersinar, pemahaman yang sesuai dengan akidah aswaja.

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...