Jumat, 06 November 2015

SANTRI CERMIN MORALITAS BANGSA


Tanggal 22 Oktober 2015 merupakan hari bersejarah dalam kehidupan santri di bumi pertiwi. Pada tanggal itulah, Presiden Joko Widodo telah merestuinya sebagai "hari santri Nasional". Penulis sebagai bagian dari kaum santri sangat mengapresiasi bahkan bersyukur sekali dengan diadakannya hari santri nasional. Hal demikian bisa dikatakan, pemerintah Indonesia mengakui eksistensi dan produktifitas santri yang sebenarnya tidak kalah dengan yang lain. Terbukti, sejak awal sebelum kemerdekaan Indonesia, peran kaum santri dalam membela kemerdekaan dan melawan penjajahan tidak bisa diragukan. Tokoh-tokoh NU (Nahdhatul Ulama), para kiai, santri dan masyarakat melebur menjadi satu melawan penjajahan. 
Banyak para Tokoh Nasional yang berbasis santri, KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, KH Abdurahman Wahid (Gus Dur), KH Abdullah bin Nuh Bogor, dan sejumlah deretan ulama lainnya turut membela kemerdekaan dan peduli dengan bangsa dan negara.
Kaum santri dalam mengawal pancasila dan NKRI menjadi garda terdepan. Bahkan sebagaimana yang dikatakan oleh KH Ahmad Shiddiq, Tokoh NU: NU membela pancasila berdasarkan syariah bukan politik. Di sini terlihat, bahwa kaum santri sangat peduli dengan keberadaan NKRI. 

Santri yang merupakan bagian dari masyarakat dan bangsa harus mampu mengaktualiasasikan intelektualitas keilmuannya dan serta harus mampu membaca kondisi bangsa Indonesia. Oleh karenya, santri yang setiap harinya berkutat dengan kalam-kalam wahyu ilahi, wejangan-wejangan Nabi Muhammad shollallahu 'alahi wasallam dan petuah-petuah ulama harus tampil digarda terdepan dalam mengawal moralitas bangsa ini. Moralitas intelektual, moralitas pemikiran, moralitas perilaku (adab), moralitas dalam kebijakan. Bahkan santri harus menjadi garda terdepan dalam mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah. Santri tidak boleh diam seribu bahasa bilamana kebijakan-kebijakan pemerintah merugikan rakyat. Sebab diam dalam kemungkaran adalah setan yang membisu. Meski pengawalan terhadap kebijakan pemerintah tidak harus demo keluar jalan. Sebab mengawal kebijakan tidak mesti demo ke jalan. 

Santri sebagai pemuda bangsa harus mengambil peran ditengah modernitas dan pluralitas bangsa ini, ditengah dekandensi moral yang merosot. Peran santri adalah membangun moralitas dalam segala aspek dikehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Mencerminkan nilai-nilai ajaran Islam yang ramah, peduli sesama umat, berakhlak dan berbudi pekerti serta membuang jauh sifat hidonistik dan individualis. Sebab Islam bukan agama yang eksklutif, Islam adalah agama yang inklusif, menghargai perbedaan dan keragamaan.

Maka dapat dipastikan kalau ingin melihat moralitas bangsa baik atau jelek lihatlah moralitas santri. Kalau moralitas santri terjadi dekandesi maka dapat dipastikan moralitas bangsa lebih parah. Sebab santri adalah cerminan moralitas bangsa. Karena santrilah yang setiap hari mengenyam pendidikan moralitas. 

Tidak ada komentar:

PALING PUPULER

KONSEP BERBANGSA DAN BERNEGARA SYEKH MUSTAFA AL-GHALAYAINI

Perihal bengsa sama dengan perihal individu bangsa itu sendiri. Tatkala individu bangsa, setiap satu persatu orang-orannya itu m...