Oleh: Muhammad Fadil Alumni PP Zainul Hasan Genggung
Seperti yang kita ketahui bersama, santri dalam arti singkatnya yaitu seseorang yang menimba atau mencari ilmu agama maupun ilmu umum yang bertempat tinggal disuatu pesantren tertentu. Sedangkan menurut salah satu pengasuh pondok pesantren Zainul Hasan, KH. Hasan Syaifurridzal, santri memiliki lima huruf yang menjadi pilar-pilar utama amal santri.
lima huruf tersebut ialah
Lima huruf tersebu tialah
S (Sopan)sntun)
A (Ajeg/Istiqomah)
N (Nasehat)
T (Taqwallah)
R (Ridhallah)
I (Ikhlas)
Artinya setiap santri itu harus melaksanakan pilar-pilar tersebut agar tercermin arti santri yang sesungguhnya. KH Hasani Nawawie, pengasuh Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur mendefinisikan santri sebagai berikut
S (Sopan)sntun)
A (Ajeg/Istiqomah)
N (Nasehat)
T (Taqwallah)
R (Ridhallah)
I (Ikhlas)
Artinya setiap santri itu harus melaksanakan pilar-pilar tersebut agar tercermin arti santri yang sesungguhnya. KH Hasani Nawawie, pengasuh Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur mendefinisikan santri sebagai berikut
السنتري
بِشَاهِدِ حَالِهِ هُوَ مَنْ يَعْتَصِمُ بِحَبْلِ اللهِ اْلمَتِيْنِ ،
وَيَتَّبِعُ سنَّةَ الرَّسُوْلِ اْلاَمِيْنِﷺ ،
وَلاَ يَمِيْلُ يُمْنَةً وَلاَيُسْرَةً فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ ،
هَذَا مَعْنَاهُ بِالسِّيْرَةِ وَالْحَقِيْقَةِ لاَ يُبَدَّلُ وَلاَيُغَيَّرُ قَدِيْمًا وَحَدِيْثًا
وَاللهُ اَعْلَمُ بِنَفْسِ اْلاَمْرِ وَحَقِيْقَةِ اْلحَالِ
“Santri, berdasarkan peninjauan tindak langkahnya adalah orang yang berpegang teguh dengan al-Qur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW serta teguh pendirian.”Ini adalah arti dengan bersandar sejarahdan kenyataan yang tidak dapat diganti dan diubah selama-lamanya. Dan Allah-lah Yang Maha Mengetahuiatas kebenaran sesuatu dan kenyataannya.”
Life style seorang santri sangatlah sederhana, yaitu dengan ciri khasnya dengan sarung dan kopyah diatas kepalanya yang selalu menemani disetiap langkahnya dalam menimba ilmu. Namun dibalik kesederhanaanya tersebut, terdapat akhlaq-akhlaq yang sangat terpuji dan mungkin patut disuri tauladani oleh masyarakat. Salah satu akhlaq-akhlaq tersebut adalah menta’dzimi atau menghormati seorang guru. Jikalau santri menghormati seorang guru sangatlah luar biasa, karena mayoritas santri mengamalkan maqolah Sayidina Ali karramallahu wajhah berkata, “Aku adalah sahaya (budak) orang yang mengajarku walau hanya satu huruf, jika dia mau silahkan menjualku, atau memerdekakan aku, atau tetap menjadikan aku sebagai budaknya.” Tidak jarang seorang santri apabila diperintah oleh gurunya, sang santri siap melakukan perintah tersebut. Meskipun perintah itu diluar kemampuan santri selama perintah itu tidak melanggar hukum syar’iah. Santri akan berusaha semaksimal mungkin, karena seoarang santri sangatlah berat untuk menjawab “tidak” kepada gurunya. Ketika seorang guru memerintahkan suatu amalan kepada santrinya, maka santri tersebut dengan sigap akan melaksanakannya meskipun santri tersebut tidak tahu dampak positif dan negatifnya amalan tersebut.
Selain terkenal dengan keta’dimannya yang sangat luar biasa, ciri khas santri ialah mayoritas kegiatannya dilakukan secara berjamaah, baik itu kegiatan sholat, mengaji, belajar, menghafal, bersih-bersih bahkan makanpun santri juga melaksanakan dengan secara berjamaah dalam satu wadah. Dari kegiatan berjamaah tersebut timbulah rasa kekeluargaan yang sangat kuat, sehingga rasa tolong menolong antar santri satu dengan yang lainnya sangat gampang diterapkan. Setiap santri yang mendapatkan masalah ataupun kesulitan, baik itu masalah finansial ekonomi ataupun masalah kesehatn jasmani.
Seorang santri juga sangat mempercayai kepada do’a sang guru. Setiap kebaikan yang guru ucapkan, dan setiap do’a yang guru panjatkan secara sigap dan cepat santri pasti meng-aminkannya.Bukan hanya itusaja, tetapi setiap bacaan yang diperintahkan oleh gurunya, semisal istighfar, sholawat, serta kalimat-kalimat hasanah lainnya pasti akan diamalkan atau akan dibaca oleh santrinya secara istiqomah atau continue. Semua nasihat-nasihat dan larangan-larangan gurunya akan dipatuhi oleh seorangsantri.
Mengutip dari nasihat Abuya Sayyid Muhammaad Al-Maliki Al-Hasani bahwa seorang santri itu yang menguasai banyakilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama itu tidak akan cukup dengan ilmunya, selagi ilmu itu tidak dipadukan dengan akhlaq dan adab yang mulia. Dan seorang santri itu selalu membawa catatan kecil atau yang berbentuk notebook serta pena disakunya dengan tujuan agar setiap apa yang baik-baik ketika sedang terjadi dan itu bias menjadi ilmu guna dapat diamalkan dapat ditulis pada notebook tersebut untuk mengantisipasi sifat manusiawi seseorangyaitulupa. Al insanu mahallul khata’ wan nisyan“ manusia itu tempatnya salah dan lupa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar