Teman-teman yang bergabung dalam HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Bogor Komisariat Tazkia setiap malam selasa berlingkar penuh antusias dengan khas diskusi yang tak pernah lepas diawali dengan mengaji satu Al-Qur’an yang dibaca oleh setiap yang hadir dalam forum diskusi “SOTOI” (Solusi Terbaik Orang Islam). Kajian “SOTOI” begitu melekat dalam rutinitas kader HMI Komisariat Tazkia. Seperti biasanya dalam diskusi “SOTOI” disediakan kopi hitam an gorengan yang dibeli dari penjual yang tak jauh dari arena kajian sotoi. Dalam diskusi dikoordinir oleh Kabid (Ketua Bidang) PA (Pembinaan Anggota) HMI Komisariat Tazkia dengan menyebarkan informasi tema yang akan dibahas sehingga para kader semaksimal mungkin dapat mempersiapkan diri dengan memperbanyak baca literatus sebagai penguat dari apa yang nantinya didiskusikan, apalagi bagi pihak yang ditunjuk menjadi pengisi kajian sotoi.
Dalam kajian sotoi pernah membahas tentang ekonomi Islam, apalagi kader-kader HMI Tazkia berlatar belakang kampus yang memfokuskan terhadap ekonomi Islam. Dalam kajian sotoi itu dijelaskan berbicara ekonomi Islam itu tidak harus identik dengan perbankan, BMT dan lembaga keuangan keuangan syariah lainnya yang bersinggungan dengan financial. Tetapi ekonomi Islam seperti yang dijelaskan oleh Javed Anshori (Islamisasi Ekonomi: 101) adalah suatu cabang dari ekonomi neoklasik. Ia mencari fungsi utilitas individu pada basis interpretasi Islam dari filsafat utilitarian. Metodologinya secara sadar disusun dari kerangka analisa makro-mikro yang dikembangkan oleh Stiger, Freidmen, Keynes, dan Klein. Kesimpulan-kesimpulannya secara menyolok mirip dengan dengan apa yang ditemukan pada ekonomi neoklasik. Ilmu ekonomi Islam membangun suatu suatu gambaran ideal mengenai suatu ekonomi, di mana individu-individu, perusahaan-perusahaan dan pemerintah-pemerintah harus menjadi “Islamis”. Sehingga dalam praktiknya ekonomi Islam tidak sampai mengubah terhadap teori-teori yang telah dikemukan oleh para pemikir ekonomi, tetapi ekonomi Islam dapat melebur dan memfilter setiap kegiatan ekonomi. Apa yang sesuai dengan nilai ajaran Islam, ekonomi Islam dapat menerimanya. Dan setiap praktik ekonomi yang bertentangan dengan nilai ajaran Islam, ekonomi islam akan memberikan solusinya. Sama seperti kemunculan ekonomi Islam adalah kemunculan Islam itu sendiri. Islam tidak anti budaya namun Islam melebur dengan budaya dan menaumbuhkan nilai ajaran Islam kedalam budaya itu sendiri.
Ekonomi Islam tidak hanya hadir pada praktik perbankan saja, namun juga hadir pada secangkir kopi hitam yang baru saja diseduh. Secangkir kopi hitam itu terdapat praktik ekonomi dari bagaimana membuat kopi, memproduksi, memasarkannya, menjualnya dan menistribusikannya. Jangan sampai dalam produksi kopi tidak memasukkan nilai-nilai Islam dan keadilan, yaitu mengurangi ukuran kopi dan takaran gula sehingga cita rasa kopi tidak sesuai dengan selera penikmat kopi dalam diskusi sotoi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar